Kejatuhan Harga Komoditas Pukul Taipan Nasional

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Kamis, 03 Des 2015 14:48 WIB
Grup usaha Sinar Mas, Golden Agri Resources laba bersihnya pada tahun ini diperkirakan anjlok 58 persen.
Sejumlah buruh perkebunan sawit tengah menggarap lahan perkebunan. (Dok. Sampoerna Agro)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anjloknya harga komoditas dan nilai tukar rupiah membuat kekayaan para taipan di Indonesia susut cukup signifikan pada tahun ini.

Forbes Indonesia baru saja merilis jumlah kekayaan 50 konglomerat nasional, yang secara keseluruhan turun sebesar US$ 10,21 miliar atau setara dengan Rp 141 triliun (kurs Rp 13.788 per dolar AS). Tercatat sebanyak 34 orang pengusaha berkurang hartanya sepanjang tahun ini, yang rata-rata berbisnis komoditas.

Teuku Hendry Andrean, Analis PT Buana Capital meyakini anjloknya kekayaan para taipan nasional lebih besar karena faktor kejatuhan harga komoditas. Faktor harga tersebut cukup signifikan mempengaruhi kinerja perusahaan sebagai akibat dari menurunnya permintaan dan perlambatan ekonomi global.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari sisi komoditas semua anjlok dan masih belum bagus. Terutama untuk harga minyak mentah yang hari ini sudah di bawah US$ 40 per barel," ujarnya kepada CNN Indonesia, Kamis (3/12).

Rata-rata perusahaan yang dikelola oleh puluhan orang terkaya di Indonesia itu, lanjut Hendry, sekitar 70-80 persen kinerjanya dipengaruhi oleh faktor harga komoditas. Terutama untuk yang bergerak di industri CPO dan batubara.

Daftar 10 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes Indonesia.

Berbeda dengan industri farmasi, lanjut Hendry, tak hanya faktor perlambatan ekonomi yang menghambat kinerjanya karena ada faktor kebijakan pemerintah yang memperkecil pendapatan. Dia mencontohkan perusahaan PT Kalbe Farma Tbk, yang labanya turun pada tahun ini menyusul maraknya produksi obat generik tanpa merek dalam kerangka program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

"Sekarang kan trennya farmasi itu ke obat generik tidak bermerek, yang harganya dipatok pemerintah untuk mendukung SJSN. Margin sangat rendah sehingga agak sulit bagi perusahaan obat seperti Kalbe untuk mencetak keuntungan sesuai ekspektasi," tuturnya.

Berdasarkan rilis Forbes, salah satu Taipan pemilik Kalbe Farma adalah Boenjamin Setiawan yang berada di peringkat delapan orang terkaya di Indonesia. Nilai asetnya turun US$ 500 juta menjadi US$ 3 miliar sepanjang tahun ini.

Dari Singapura, Analis DBS Vickers Securities Ben Santoso menilai kejatuhan harga komoditas, terutama harga minyak mentah dan minyak sawit (CPO) sangat memukul para pemain besar di industri berbasis komoditas. Untuk perusahaan-perusahaan terbuka (Tbk), seperti  PT Golden Agri Resources dan PT Astra Agro Lestari, imbas kejatuhan harga CPO bisa terlihat dari kejatuhan harga sahamnya.

"Kami lihat ekspektasi harga palm oil untuk tahun ini turun sekitar 26 persen. Ada beberapa faktor penyebabnya, yang paling utama oversupply dan persaingan dengan soybean oil," ujar Ben. 

Komoditas lain yang juga memengaruhi bisnis CPO adalah harga minyak mentah global yang mengalami koreksi cukup tajam. Menurutnya, ada korelasi antara harga minyak mentah dengan komoditas lainnya tak terkecuali CPO.

Selain itu, lanjutnya, rata-rata pengusaha CPO nasional juga memiliki utang valas. Depresiasi rupiah yang cukup besar pada tahun ini membuat beban utang mereka melonjak dan menggerus laba.

"Untuk grup usaha Sinar Mas, Golden Agri Resources net profitnya pada tahun ini diperkirakan anjlok 58 persen," tuturnya.

Merujuk pada rilis 50 orang terkaya versi Majalah Forbes, lima di antaranya adalah pemain besar di industri minyak sawit atau CPO, yakni Eka Tjipta Widjaja (Sinar Mas Group), Bachtiar Karim (Musim Mas), Ciliandra Fangiono (First Resources), Martua Sitorus (Wilmar International), Sukanto Tanoto (Royal Golden Agri), dan Lim Hariyanto Wijaya Sarwono (Bumitama Agri/Harita Group).

Eka Tjipta Widjaja yang berada di urutan keempat, hartanya turun dari US$ 5,8 miliar menjadi US$ 5,3 miliar. Lini bisnis sawitnya, PT Golden Agri Resources tercatat mengalami kejatuhan harga saham sekitar 30 persen pada tahun lalu.

Bachtiar Karim, dengan bendera usaha Musim Mas Group merupakan satu-satunya taipan CPO yang harta kekayaannya meningkat. Posisi Karim lompat lima peringkat ke urutan ke tujuh setelah asetnya bertambah US$ 1,3 miliar menjadi US$ 3,3 miliar.

Sementara Ciliandra Fangiono (peringkat 21) kekayaannya turun US$ 150 juta,  Sukanto Tanoto (peringkat 34) anjlok US$ 1,22 miliar, dan Lim Hariyanto Wijaya Sarwono (peringkat 41) minus US$ 140 juta.

Prospek 2016

Untuk tahun depan, Ben Santoso memperkirakan harga CPO akan sedikit meningkat, sedangkan rupiah diyakini relatif lebih stabil. Hal itu dipercaya bakal meningkatkan lagi kekayaan para pemain CPO utama di Indonesia.

"Setelah mengalami rugi kurs dan dampak penurunan harga CPO, keuntungan Astra Agro kami harap naik dua kali lipat , sedangkan Golden Agri akan naik sekitar 35 persen (pada 2016)," tutur Ben. (ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER