Hindari Krisis Moneter, BI Minta Swasta Hati-Hati Tarik Utang

Irene Inriana & Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Senin, 14 Des 2015 14:50 WIB
Pelaku pasar modal menyambut positif rencana The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan pada Desember 2015 guna meredam ketidakpastian.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyampaikan paparan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2015 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (24/11). (Antara Foto/Wahyu Puto A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) meminta korporasi berhati-hati dalam menarik utang luar negeri guna menghindari terulangnya krisis moneter seperti 1997-1998.

Himbauan ini disampaikan Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC), yang dijadwalkan berlangsung pada 15-16 Desember 2015.

"Bapak ibu yang punya utang luar negeri kami harap terus laporkan. Kami tidak ingin ulangi kondisi 1997-1998 ketika utang luar negeri naik, tapi tidak dibarengi azaz kehati-hatian," ujar Agus di Jakarta, Senin (14/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, penarikan utang luar negeri sebenarnya bukan masalah selama digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan produktif. Kendati demikian, pembiayaan perlu dikelola dengan baik agar tidak terkena risiko yang besar di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini.

"Kami tahu jelang FOMC tekanan ke rupiah kuat, tapi kami perlu dukungan bapak ibu. Kami juga perlu ambil kebijakan yang hati hati," tuturnya.

Agus mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai risiko terburuk yang mungkin timbul dari kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve, yang diyakini akan berlangsung bertahap mulai bulan ini hingga 2017.

Setelah bertahan hampir 0 persen skitar tujuh tahun, Agus memperkirakan suku bunga The Fed akan bergerak naik mendekati 1,125 persen pada akhir tahun depan, sebelum menembus level 2,625 persen pada penghujung 2017.

"Ini perlu diwaspadai karena ada kecenderungan dolar yang terus menguat. Karena ekonomi AS setelah tujuh tahun melakukan upaya perbaikan kelihatannya sekarang dalam kondisi yang membaik," tuturnya.

Respon sebaliknya justru ditunjukkan oleh analis PT Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe. Menurutnya, pelaku pasar telah cukup lama menunggu kepastian kenaikan suku bunga The Fed.

“Bagus kalau naik karena ada kepastian. Selama ini kita berada dalam ketidakpastian, mau naik atau tidak, marketnya juga bingung, kalau naik malah disrespon positif oleh market,” ujarnya keapda CNNIndonesia.com.

Menurut Kiswoyo, dampak negatif justru akan muncul jika suku bunga acuan Amerika tidak jadi naik.

“Dampak jangka panjangnya bagus, berarti ekonomi Amerika sudah pulih, ada kepastian, tidak menggantung seperti sekarang. Negatifnya ketika tidak jadi naik, karena orang berharap banyak, bahwa ini akan naik,” tuturnya. (ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER