Jelang Rapat The Fed, Bursa Saham Asia Dibuka Melemah

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Senin, 14 Des 2015 08:34 WIB
The Federal Reserve kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga acuannya pada 15-16 Desember 2015.
Seorang kakek mengamati pergerakan saham Asia di bursa China. (China Photos/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mayoritas saham Asia tergelincir pada pembukaan perdagangan Senin (14/12) menyusul anjloknya bursa saham Amerika pada akhir pekan lalu di tengah kejatuhan harga minyak mentah. Investor tampaknya lebih memilih untuk bersiaga menjelang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika (The Federal Reserve) akhir pekan ini.

Reuters mengabarkan, indeks MSCI untuk saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,9 persen setelah menyentuh level terendah dalam dua bulan terakhir.

Indeks Nikkei di Jepang turun 2,3 persen bersamaan dengan menguatnya yen , sedangkan indeks Kospi di Korea Selatan melemah 1,3 persen. Demikian pula dengan indeks saham Australia dibuka melemah sebesar 1,5 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada perdagangan Jumat lalu (11/12), indeks Dow Jones terjerembab 1,8 persen di bursa Wall Street, sedangkan indeks S&P 500 anjlok 1,9 persen. Sentimen negatifnya adalah kejatuhan harga minyak mentah serta kegugupan investor menjelang kenaikan The Fed rate yang pertama kali dalam satu dekade.

"Ekuitas akan benar-benar diuji selama empat hari mendatang dan The Fed akan menjadi katalis volatilitas pasar modal hingga Kamis," tulis Evan Lucas, Ahli Strategi Pasar IG di Melbourne.

Publik secara luas mengharapkan The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan dewan gubernus pada 15-16 Desember 2015. Kenaikan The Fed rate pada pertengahan bulan ini diyakini akan menjadi langkah pertama normalisasi kebijakan moneter.

Di sisi lain, harga minyak mentah semakin terjun bebas setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan kelebihan pasokan global bisa memperburuk kondisi pasa pada tahun depan. Minyak mentah AS turun 0,2 persen ke level US$35,54 per barel setelah sempat menyentuh US$35,16 pada Jumat, yang merupakan level terendah sejak Februari 2009. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER