Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Wijaya Karya Tbk menyatakan laba bersih tahun ini bakal stagnan karena adanya turbulensi kinerja perusahaan. Namun tahun depan, manajemen mengincar pertumbuhan laba sebesar 20 persen.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Suradi mengaku kinerja keuangan perseroan tahun ini mengalami hambatan karena berbagai hal. Salah satu yang menjadi masalah adalah molornya administrasi proyek yang dipesan pemerintah.
“Kalau kondisi 2015, memang ada turbulensi. Target kami bisa laba bersih Rp 765 miliar tapi sulit. Kami berharap bisa mencapai tidak kurang dari laba bersih tahun lalu, sekitar Rp 615 miliar,” ujarnya di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (16/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suradi mengatakan sepanjang tahun ini Wijaya Karya terkendala nomenklatur administrasi proyek dari pemerintah yang molor. Padahal, pendapatan dari proyek-proyek pemerintah menjadi andalan utama Wijaya Karya dalam mendulang laba tahun ini.
“Untuk mencapai laba bersih Rp 765 miliar masih ada kendala, karena 50 persen proyek kami dari pemerintah. Baru 30 persen swasta, dan 20 persen BUMN. Nomenklatur baru selesai Juni, sehingga menjadi kendala pencapaian proyek. Pembebasan lahan juga masih jadi kendala,” jelasnya.
Target Kontrak BaruIa menambahkan, kontrak baru yang diperoleh perseroan hingga November 2015 baru mencapai sekitar Rp 20 triliun dari target Rp 31 triliun. Sementara,
carry over atau kontrak tahun lalu yang diperhitungkan pada tahun ini tercatat sekitar Rp 24 triliun. Jika ditotal, maka
order book Wijaya Karya hingga November mencapai Rp 44 triliun.
“Tahun depan kontrak baru ditargetkan mencapai Rp 30 triliun. Artinya
order book bisa Rp 60 triliun dari
carry over yang diperkirakan senilai Rp 30 triliun,” katanya.
Suradi yakin kinerja perseroan tahun depan bakal terdongkrak oleh beberapa proyek strategis. Proyek yang dinilai bakal mendorong kinerja tersebut antara lain pembangunan jalur kereta cepat (
High Speed Railway/HSR) dan konstruksi pembangkit listrik.
“Pertumbuhan laba tahun depan kami targetkan 20 persen. Kami berkeyakinan kalau nantinya pembangunan kereta cepat dan pembangkit listrik 2 x 1.000 MW di Jawa V dan Jawa VII bisa segera dimulai tahun depan,” ujarnya.
Emiten berkode WIKA ini membukukan laba bersih Rp 390,50 miliar dalam sembilan bulan di 2015 atau turun 2,55 persen dari periode yang sama 2014 senilai Rp 400,71 miliar.
Kinerja perusahaan yang merosot tersebut disebabkan oleh penuruan pendapatan pokok yang melemah sebesar 6,04 persen menjadi Rp 8,09 triliun dari pendapatan pokok sembilan bulan di 2014 senilai Rp 8,61 triliun.
Analis KDB Daewoo Securities Maxi Liesyaputra mengatakan target laba bersih yang direvisi menjadi flat dengan tahun lalu dinilai masih dapat diraih oleh perseroan. Namun, di sisi lain target kontrak baru di level Rp 31 triliun masih sulit dicapai.
“Kami percaya adanya proyek kereta cepat akan meningkatkan kontrak Wijaya Karya secara signifikan pada tahun depan,” katanya.