Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengaku optimistis kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) bisa memberi keuntungan, meskipun dari sisi kesiapan Indonesia tertinggal dari negara lain. Salah satu cara untuk memanfaatkan MEA adalah dengan terus mempermudah investasi asing masuk ke Indonesia.
Menurutnya negara-negara di luar Asean memandang kawasan tersebut sebagai satu pasar sehingga lebih memikat. Faisal mencatat produk domestik berdasarkan paritas daya beli (GDP
based on purchasing power parity) ASEAN pada 2014 bernilai lebih dari US$6 triliun. Angka itu terbesar keempat setelah China, Amerika, dan India.
“Pasar Asean yang relatif besar ini menambah daya tarik investor dari luar dan juga investor dari dalam Asean. Sekalipun MEA terwujud, investasi asing langsung di Asean melonjak tajam dari US$21 miliar pada 2000 menjadi US$112 miliar tahun lalu,” kata Faisal dalam blognya, dikutip Rabu (30/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada periode yang sama, investasi langsung dari dalam Asean sendiri juga melonjak dari US$0,8 miliar menjadi US$24,4 miliar. Walaupun porsi penanaman modal asing langsung intra-ASEAN relatif rendah, namun peningkatannya lumayan tinggi dari hanya 2,8 persen pada 2000 menjadi 17,5 persen pada 2014.
“Tantangan terbesar bagi Indonesia adalah bagaimana menarik sebanyak mungkin penanaman modal asing langsung itu. Bukan hanya menjadikan Indonesia sebagai target pasar semata, melainkan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk pasar regional maupun global,” tegas Faisal.
Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi (Migas) menambahkan, Indonesia agak tercecer jika dibandingkan Vietnam dan Malaysia yang lebih banyak dipilih sebagai basis produksi oleh produsen kelas dunia. Bahkan, Vietnam belakangan menjadi primadona baru yang akan segera diikuti oleh Myanmar.
“Indonesia tidak boleh terpaku pada konsep komoditi unggulan. Kelebihan dari ketiga negara tadi adalah kemampuannya beradaptasi dengan sistem
global supply chain. Tiga negara itu mempersiapkan infrastruktur pendukung agar dilirik oleh produsen
parts and components,” jelasnya.
Ancaman Produk ImporJika banyak pengamat yang mengkhawatirkan serbuan produk impor sebagai salah satu dampak negatif dari pemberlakuan MEA, Faisal justru menilai hal tersebut bukan ancaman utama. Pasalnya kerjasama kawasan perdagangan bebas Asean sudah lama berjalan.
“Jika hendak memperoleh maslahat lebih besar, mau tak mau Indonesia harus memperkokoh industrialisasi agar porsi produk manufaktur dalam ekspor naik signifikan. Hanya dengan meningkatkan ekspor manufaktur Indonesia dapat menikmati additional gains from trade dari peningkatan perdagangan intra-industri,” katanya.
Faisal menyebut tiada jalan mundur bagi Indonesia. Hanya dengan strategi menyerang, negara pimpinan Joko Widodo ini bisa maju dan menjadikan rakyatnya lebih sejahtera.
“Jangan karena alasan tidak siap membuat kita semakin menutup diri. Dengan lebih menutup diri dan defensif risikonya adalah keterpurukan relatif lebih dalam. Kita akan semakin tercecer dalam kancah global,” tegas Faisal.
(gen)