Kepala BKPM Sebut Indonesia Punya Tiga Modal Bersaing di MEA

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Minggu, 01 Nov 2015 17:34 WIB
BKPM mencatat dari sisi penanaman modal, tiga jenis industri yang bisa memperkuat daya saing Indonesia dalam MEA telah mengalami peningkatan investasi.
Kepala BKPM Franky Sibarani menyebut dari sisi penanaman modal, tiga jenis industri yang bisa memperkuat daya saing Indonesia dalam MEA telah mengalami peningkatan investasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tinggal menanti waktu untuk diimplementasikan, termasuk oleh Indonesia. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyatakan Indonesia telah memiliki tiga modal utama untuk berkompetisi dalam MEA tersebut.

Franky menyebut dari sisi penanaman modal, tiga jenis industri yang bisa memperkuat daya saing Indonesia dalam MEA telah mengalami peningkatan. Ketiganya adalah industri berorientasi ekspor, industri substitusi impor, dan hilirisasi sumber daya mineral.

Berdasarkan catatan BKPM, realisasi investasi selama periode Januari-September 2015 untuk sektor industri berorientasi ekspor senilai Rp 25,7 Triliun atau naik 10,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian pada industri substitusi impor terjadi peningkatan investasi 15,9 persen menjadi Rp 34,5 triliun dibandingkan periode Januari-September 2014. Serta investasi di sektor hilir sumber daya mineral sebesar Rp 33,2 triliun atau naik 66,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. “Salah satu concern kami adalah jangan sampai Indonesia hanya menjadi pasar besar bagi produk negara lain, tapi juga dapat memanfaatkan peluang ekspor yang semakin lebar dengan terbukanya pasar,” ujar Franky, Minggu (1/11).

Ia menilai, naiknya realisasi investasi ketiga sektor tersebut menunjukkan arah pemerintah untuk mendorong industri nasional yang berdaya saing dan berorientasi ekspor semakin terlihat. BKPM menurutnya akan terus berusaha menarik investasi untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi ekspor ke negara Asean lain.

Menurutnya salah satu penyebab investor masih ragu menanamkan modal dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi adalah daya saing ekspor yang lemah. Salah satu indikatornya terlihat dari perjanjian perdagangan antara Indonesia dengan negara lain. Franky mencontohkan investor sektor tekstil dan sepatu yang menyuarakan perjanjian perdagangan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa karena berpengaruh terhadap daya saing ekspornya dibandingkan negara lain khususnya Vietnam.

“Jadi pemberlakuan MEA atau perjanjian perdagangan Indonesia dengan negara lain, selain memberi peluang memperbesar ekspor juga menjadi salah satu daya saing Indonesia dalam menarik investasi dari negara lain,” tambah Franky. Sepanjang periode Januari-September 2015, BKPM mengidentifikasi minat investasi di sektor industri beriorientasi ekspor sebesar US$ 480 juta, industri substitusi impor US$ 10,34 miliar dan hilirisasi sumber daya mineral sebesar US$ 58,82 miliar. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER