Permintaan Akhir Tahun Melonjak, Inflasi 2015 Bakal Tembus 3%

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 31 Des 2015 13:39 WIB
Sebelumnya, BI memprediksi inflasi Desember berada di kisaran 0,4-0,6 persen atau secara kumulatif hanya sekitar 2,77–2,97 persen.
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubenur di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (17/11).
Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) memperkirakan lonjakan permintaan barang dan jasa selama libur akhir tahun akan membuat inflasi 2015 menembus 3 persen. Prediksi tersebut lebih tinggi dari ramalan bank sentral sebelumnya di bawah 3 persen.

"Tadinya kami melihat (inflasi) itu ada di bawah 3 persen, mungkin nanti realisasinya lebih tinggi dari 3 persen," ujar Gubernur BI Agus D.W Martowardojo usai rapat koordinasi di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (31/12).

Meningkatnya inflasi di bulan terakhir, kata Agus, selaras dengan meningkatnya permintaan permintaan barang dan jasa selama musim liburan Natal dan Tahun BAru 2016.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena memeng ada beberapa harga komoditi holtikultura seperti cabai, bawang yang memberi tekanan termasuk misalnya harga telor ayam yang pada saat akhir tahun ada peningkatan tapi juga ada kenaikan biaya transportasi udara," tutur Agus

Sebelumnya, BI memprediksi inflasi Desember berada di kisaran 0,4-0,6 persen. Dengan demikian inflasi kumulkatif tahun ini diramalkan berkisar 2,77–2,97 persen, jauh lebih rendah dari inflasi 2014 yang mencapai 8,36 persen.



Dari sisi neraca pembayaran, lanjut Agus, khususnya defisit  transaksi pembayaran diprediksi mencapai US$17 miliar pada akhir tahun ini. Hal itu terkait dengan transaksi modal finansial yang mengalami penurunan pada kuartal III 2015.

"Tapi di kuartal IV itu positif. Kenapa? karena pemerintah ada menarik dana pinjaman dari luar negeri dan itu bisa memperbaiki transaksi modal finansial," katanya.

"Current account deficit (kemungkinan) di kisaran 2 persen (dari PDB)," kata Agus.

Terkait nilai tukar, lanjut Agus, dalam beberapa hari terakhir trennya menguat terhadap dolar Amerika Serikat. Faktor global yang memengaruhi pergerakan kurs antara lain berasal dari pergerakan turun harga minyak mentah yang dikhawatirkan bisa menyeret ke bawah harga-harga komoditas lainnya.

"Tapi di Indonesia, kami melihat volatilitasnya terjaga walaupun kami lihat di negara-negara lain mengalami tekanan yang lebih besar," katanya. (ags/ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER