Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menyatakan penaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) telah diantisipasi sebelumnya oleh para pelaku pasar dan otoritas keuangan di seluruh negara, termasuk di Indonesia. Antisipasi BI salah satunya adalah penetapan suku bunga di level 7,5 persen.
Deputi Gubernur BI Ronald Waas mengatakan The Fed sudah cukup lama memberi sinyal atas kenaikan Fed Rate, dan ketika akhirnya diputuskan naik pada Desember ini, otoritas moneter Indonesia sudah memiliki persiapan.
Salah satunya, lanjut Ronald, dengan menahan suku bunga acuan atau BI rate agar portofolio keuangan dan investasi di Indonesia tetap menarik dan mencegah adanya aliran dana keluar (
capital outflow) .
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pelaku pasar dan otoritas terkait sudah melakukan persiapan-persiapan sehingga reaksinya tentu tidak seburuk kalau itu terjadi tiba-tiba. Dunia menyiapkan diri dengan baik sehingga itu seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sesuai ekspektasi pasar," ujar Ronald di Jakarta, Kamis (17/12).
Ia pun tidak bisa menebak terlalu jauh bagaimana reaksi pasar atas keputusan The Fed dini hari tadi. Menurutnya masih terlalu dini melihat sentimen yang ditimbulkan kenaikkan suku bunga yang mencapai 0,25-0,50 persen itu.
"Nanti kita tunggu, masih hitungan jam. Saya belum lihat beberapa reaksi yang signifikan," ujarnya.
Kendati demikian ia menilai keputusan yang dikeluarkan Janet Yellen turut mengurangi ketidakpastian keuangan global. Namun ia menilai risiko keuangan global akan tetap ada di tahun 2016.
Risiko perlambatan ekonomi China dan Eropa diperkirakan akan tetap memberikan tekanan perekonomian di masa mendatang.
"Faktor-faktor yang menentukan ekonomi dunia selalu ada, selama ini kan karena ukuran ekonominya, Amerika dan China yang menentukan. Eropa juga menentukan," jelasnya.
(gir)