Beijing, CNN Indonesia -- Pihak berwenang China mulai mengatur pasar devisa asing negaranya dengan mengenakan hukuman pembayaran denda bagi perdagangan yang agresif.
Pengaturan yang sebelumnya tidak pernah terjadi ini memerintahkan sejumlah bank menghentikan transaksi terhadap perdagangan devisa asing.
Kantor berita Reuters melaporkan pada Rabu (31/12) bahwa bank sentral China telah menghentikan operasi perdagangan valuta asing hingga akhir Maret mendatang di setidaknya tiga bank asing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah China sebelumnya yang membiarkan pelarian modal ke luar negeri membuat warga negara itu menyalurkan dana miliaran dolar untuk membeli aset-aset seperti perkebunan Anggur di Perancis atau properti mewah di kota-kota besar dunia.
Tetapi ketika pertumbuhan ekonomi negara ini mencapai titik terendah dalam 25 tahun dan nilai mata uang China pada 2015 jatuh, pemerintah China berniat mengendalikan pelarian modal yang bisa semakin tinggi karena perbedaan besar nilai tukar yuan atau renminbi di pasar dalam negeri dan luar negeri.
“China berusaha memperkecil perbedaan itu dan ini lebih sulit dilakukan jika banyak dana dari luar masuk dan mengambil keuntungan dari situasi ini,” kata Jimmy Weng dari Genesis Capital Investment di Hong Kong.
Sumber-sumber di pasar valuta asing China mengatakan bahwa dalam beberapa bulan ini Beijing terus meningkatkan tekanan setelah pemerintah menerbitkan panduan untuk memperketat peraturan psar dan membuat perdagangan valuta asing semakin mahal.
Pada November, satu bank asing menerima peringatan dari Badan Pengawas Valuta Asing, SAFE, dan dikenai hukuman untuk meningkatkan dana cadangan untuk perdagangan karena model bisnis operasi perdagangan valuta asing mereka yang “agresif”.
“Sangat mungkin bank asing itu beroperasi sesuai dengan peraturan, bahwa mereka telah menyisihkan dana cadangan 20 persen, dan mereka telah memenuhi persyaratan “mengetahui klien anda, tetapi melakukan perdagangan valas dengan agresif yang jelas-jelas tidak sejalan dengan kebijakan China,” kata seorang bankir senior di satu bank asing di China kepada Reuters.
“Kami biasanya untung besar dari transaksi arbitrase, uang yang mudah didapatkan. Sekarang tidak bisa lagi.”
Pengetatan PerbankanLangkah pemerintah China ini terjadi hanya tiga bulan setelah bank sentral China, PBOC, memerintahkan perbankan untuk meneliti transaksi valuta asing klien mereka untuk mencegah transaksi arbitrase lintas wilayah yang memanfaatkan perbedaan nilai tukar yuan di dalam negeri dan luar negeri.
Pada Rabu, pengawas perdagangan valuta asing China juga mengatakan akan memperbaiki jumlah cadangan dan rencana darurat untuk mengatasi risiko dari pelarian moda ke luar negeri.
“Tujuan utamanya adalah mengatasi spekulasi dan transaksi arbitrase mata uang yang berlebihan yang bisa berdampak negatif pada ekonomi,” ujar seorang ekonom senior di satu badan penelitian yang memiliki hubungan dengan kabinet pemerintah China.
“Mereka khawatir dengan penipisan cadangan devisa asing. Yuan terus menghadapi tekanan karena bank sentral AS,
the Fed, kemungkinan akan terus menaikkan suku bunga. Jadi pengambil kebijakan khawatir dan berniat mengambil langkah efektif untuk menjawabnya.”
Sumber di salah satu bank yang terkena hukuman mengatakan, bank sentral China meminta bank itu untuk mengungkap nama-nama klien devisa yang bermain di pasar spot dan meminta setiap perusahaan BUMN China menghentikan perdagangan.
“PBOC merampok kami. Mereka bertindak tidak masuk akal, jikapun kami mentaati semua itu, menyerahkan dokumen itu, volume perdagangan spot kami terlalu besar,” kata sumber itu seperti dikutip Reuters.
PBOC dan SAFE tidak bisa diminta komentar terkait masalah ini.
Bank-bank yang disasar itu kemungkinan besar memang sudah dipilih karena bisnis perdagangan devisa asing lintas wilayah yang besar.
Perhatikan Perbedaan Nilai TukarLangkah mendevaluasi yuan hampir dua persen yang tidak diduga pada 11 Agustus lalu memicu gelombang pelarian modal ke luar negeri karena khawatir ekonomi negara itu melambat lebih cepat dari perkiraan semula.
 Perekonomian China terus tertekan karena bank sentral Amerika kemungkinan akan terus menurunkan suku bunga. (Reuters/Rick Wilking) |
Perbedaan nilai tukar yuan di dalam dan luar negeri terus meningkat sejak devaluasi ini, sehingga bank sentral semakin sulit untuk mengelola mata uang itu dan mengendalikan pelarian modal.
Bank sentral dan bank komersial China menjual devisa asing sejumlah 2,19 triliun yuan antara Januari-November 2015, dibandingkan dengan pembelian bersih senilai 897 miliar yuan pada periode yang sama 2014. Penjualan net mengindikasikan pelarian modal.
Seorang penasehat kebijakan pemerintah lain mengatakan, arah reformasi liberalisasi permodalan China tidak akan berubah, karena hal itu merupakan kunci dari penerimaan global terhadap mata uang negara itu.
“Pelarian moda tergantung pada fundamental ekonomi China; kita tidak perlu terlalu khawatir dengan pelarian modal jangka pendek jika kita yakin dengan fundamental ekonomi negara ini. Arah reformasi permodalan tidak akan berubah,” katanya.
Mata uang yuan juga mendapat tekanan baru sejak akhir November di tengah spekulasi bahwa Beijing akan membiarkan mata uang ini terdepresiasi lebih jauh setelah Dana Moneteri Internasional, IMF, memasukkan yuan ke dalam keranjang mata uangnya.
Nilai tukar yuan di pasar uang Shanghai sudah berkurang 1,48 persen sejak akhir November, dan berulang kali menyentuh titik terendah dalam 4,5 tahun terakhir.
Sementara nilai tukar di luar negeri juga mengikuti pola yang sama dan minggu ini menyentuh nilai terendah sejak Septemberi 2011.
(yns)