Topang Ekonomi, Pemerintah Diminta Perkuat Sektor Finansial

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Jumat, 11 Des 2015 05:31 WIB
Guna menompang kondisi ekonomi, pemerintah diminta meningkatkan peran investor untuk menempatkan dananya di portofolio jangka panjang.
Pialang mengamati pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.
Jakarta, CNN Indonesia -- Meski tengah mengalami tekanan di sejumlah sektor, banyak pihak menilai kondisi ekonomi Indonesia akan dapat terus melaju.

Hal ini tak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang dinilai bakal mengubah struktur perekonomian Indonesia, dari semula berbasis konsumsi menjadi investasi.

Bahkan Ahli Perbankan Senior dari Sampoerna University, Wahyu Soedarmono meyakini Indonesia berpeluang memperlebar gerak investasinya melalui sektor finansial, berkat masuknya banyak aliran dana ke pasar keuangan nasional mulai tahun depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun 2016 adalah tahun untuk peran investasi swasta dan sektor finansial, sehingga perlu adanya dorongan untuk mengubah perilaku konsumsi ke investasi," ujar Wahyu dalam seminar Economic Outlook di Universitas Sampoerna, Jakarta, Kamis (10/12).

Menyusul adanya perubahan struktur perekonomian Indonesia, ungkap Wahyu sudah seyogya pemerintah mendorong peran investor swasta dan luar negeri untuk menempatkan dananya pada portofolio investasi nasional bertenor panjang.

Selain itu, kata dia pemerintah juga harus mempercepat gerak pertumbuhan ekonomi nasional melalui instrumen belanja anggaran.

Pasalnya di tengah perlambatan ekonomi Indonesia seperti sekarang besaran konsumsi masyarakat dapat terlihat dari rendahnya inflasi yang dialami Indonesia selama beberapa bulan terakhir.

"Jadi peran pemerintah masih sangat esensial. Percepatan belanja jadi yang harus diprioritaskan," katanya.

Sementara itu, Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ganjar Mustika berpandangan tantangan terbesar bagi industri perbankan saat ini terletak pada melebarnya upaya ekspansi pembiayaan di literasi keuangan.

Menurut Ganjar, adanya tantangan tersebut terlihat dari minimnya pemahaman masyarakat Indonesia mengenai pentingnya peran pasar keuangan terhadap kebutuhan dana investasi. Di mana pembiayaan investasi sendiri masih menggunakan sumber dana berjangka pendek seperti deposito.

Dengan adanya fenomena tersebut, Ganjar pun meyakini fenomena tersebut akan menimbulkan risiko missmatch dengan kebutuhan pembiayaan investasi yang rata-rata menggunakan dana jangka panjang.

"Penetrasi inklusi keuangan tahun depan kita punya target naik 5 persen. Kita upayakan bersama-sama dengan dunia usaha. Ini penting karena kita dihadapkan dana pihak ketiga yang ternyata jangka waktunya pendek-pendek," kata Ganjar. dalam kesempatan yang sama. (dim/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER