Tangerang, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh sekitar 4,8-4,9 persen pada kuartal akhir tahun ini. Meningkatnya impor barang modal pada bulan lalu menjadi indikator perbaikan ekonomi pada penghujung tahun.
"Tentu kita berharap kuartal IV pertumbuhan bisa lebih tinggi. Tapi kalaupun lebih rasanya tidak akan busa mencapai 5 persen, mungkin 4,8-4,9 persen, sehingga sepanjang tahun hanya 4,7 persen lebih sedikit," ujar Darmin di Tangerang, Kamis (17/12) malam.
Menurut Darmin, kemampuan belanja pemerintah yang sempat melambat pada kuartal-kuartal sebelumnya turut berpengaruh pada rendahnya pertumbuhan ekonomi tahun ini. Kendati demikian, ia melihat intensitas belanja pemerintah membaik menjelang tutup tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indikasinya, lanjut Darmin, tercermin dari tingginya volume impor, khususnya barang modal selama bulan November. Meski terjadi defisit pada neraca perdagangan sebesar US$ 346,4 juta pada bulan lalu, namun Darmin menilai kenaikan barang modal sebagai pertanda perekonomian domestik mulai membaik.
"Neraca perdagangan yang memang ironisnya defisit. Tapi itu menunjukkan impor mulai bergerak. Itu adalah indikasi bahwa ekonominya mulai menggeliat," jelasnya.
2016 Lebih OptimisUntuk tahun depan, Mantan Gubernur Bnak Indonesia itu optimistis pertumbuhan ekonomi nasional akan mencapai 5,3 persen sesuai dengan target yang tertuang dalam APBN 2016. Namun, pertumbuhan tersebut hanya bisa tercapai dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi.
"Pertama, investasi berjalan, infrastruktur jalan, indsutri, dan ekspornya juga bisa jalan. Kalau itu bisa terjadi maka 5,3 persen itu bisa dicapai," jelasnya.
Menurutnya, saat ini pertumbuhan Indonesia dihadapkan pada dua risiko, yakni risiko defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan. Apabila Indonesia ingin mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka konsekuensinya defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan berisiko melebar.
Pasalnya, lanjut Darmin, saat ini Indonesia belum mampu memproduksi bahan baku dan barang modal secara mandiri. Hal itu membuat Indonesia masih harus bergantung pada produk impor.
Setidaknya ada tiga kelompok barang impor yang menurut Darmin masih menjadi ketergantungan, yakni kelompok petrokimia, kelompok besi dan baja, serta kelompok kimia dan farmasi.
Untuk itu, ia menyarankan perlu ada dorongan untuk mendukung industri tersebut berkembang sehingga bisa memutus ketergantungan impor.
"Orang bijak mestinya tahu kalau itu penting, itu harus dikembangkan, pemerintah mendorong perkembangan tiga industri yang besar. Caranya, mendorong industri hulu, kilang-petrokimia, kita punya Tuban yang bisa dikembangkan," jelasnya.
(ags)