Pasar Obligasi 2016 Bakal Dipengaruhi Agresivitas Fed Rate

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Senin, 04 Jan 2016 00:37 WIB
PT Penilai Harga Efek Indonesia menilai kebijakan moneter global, yakni agresif atau tidaknya The Fed dalam menaikkan suku bunga bakal jadi sentimen.
Ilustrasi mata uang dolar Amerika Serikat. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Penilai Harga Efek Indonesia menyatakan kinerja pasar surat utang atau obligasi pada tahun 2016 bakal membaik dari tahun lalu karena berbagai faktor. Kendati demikian, pelaku pasar diminta tetap mencermati risiko ekonomi global terkait rencana penaikan lanjutan suku bunga AS.

Head of Legal and Corporate Communication PT Penilai Harga Efek Indonesia, Nia Isnaini menyatakan pasar obligasi domestik di tahun 2016 memiliki prospek membaik dari tahun 2015 seiring dengan potensi membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan naik ke level 5,3 persen.

“Potensi membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut didorong oleh efek dari realisasi paket kebijakan ekonomi I-VIII. Adanya potensi penurunan BI rate pada kuartal I-2016 diperkirakan dapat mendorong penurunan imbal hasil (yield) yang dapat berdampak positif terhadap pasar obligasi,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diperoleh CNN Indonesia, dikutip Minggu (3/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, ia menilai sejumlah risiko perlu dicermati oleh pasar obligasi di tahun 2016, salah satunya adalah risiko penguatan mata uang dollar AS. Hal itu adalah akibat divergensi kebijakan moneter global yakni agresif atau tidaknya The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan lanjutan di tengah rendahnya suku bunga acuan di zona Eropa, Jepang, dan Tiongkok.

“Selain itu, pasar obligasi juga perlu mencermati risiko perlambatan ekonomi Tiongkok yang dapat kembali menekan harga komoditas global. Kemudian dari dalam negeri, risiko kurang efektifnya implementasi paket kebijakan dan rendahnya serapan anggaran dapat menjadi faktor penahan kinerja pasar obligasi,” jelasnya.

Seperti diketahui, kendati pasar saham ditutup terpuruk pada tahun ini, kinerja perdagangan surat utang atau obligasi mampu tercatat positif. Namun, pertumbuhan positif sepanjang 2015 tersebut tidak setinggi kinerja 2014.

Sepanjang tahun ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk 12,13 persen. Hal tersebut berbeda dengan capaian pasar obligasi dalam negeri. Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang menggambarkan kinerja pasar obligasi Indonesia di tahun 2015 bergerak positif, kendati tidak setinggi tahun sebelumnya.

“ICBI pada tahun 2015 mencatatkan positive return tahun berjalan sebesar 4,2 persen sepanjang tahun dari level 175,89 menjadi 183,27. Meski masih positif, angka tersebut jauh lebih rendah dibanding positive return tahun berjalan di tahun 2014 yang sebesar 12,6 persen sepanjang tahun,” ujar Nia.

Rata-rata volume perdagangan obligasi pemerintah di tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 21,5 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp12,4 triliun per hari dari sebelumnya sebesar Rp10,2 triliun per hari di tahun 2014.

Lebih lanjut, ia mencatat rata-rata volume obligasi korporasi turut menunjukkan peningkatan di tahun 2015 yakni sebesar 11,5 persen dari tahun sebelumnya dari sebelumnya Rp676,1 miliar per hari menjadi Rp754,0 miliar per hari. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER