Jokowi: Realisasi APBNP 2015 Menjawab Keraguan Publik

Safyra Primadhyta & Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 04 Jan 2016 11:04 WIB
Presiden Joko Widodo menilai 2015 merupakan tahun sulit yang tepat dijadikan momentum untuk merombak tatanan ekonomi yang selama ini menghambat pertumbuhan.
Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro dalam pertemuan KTT G20 di Antalya, Turki. (Dok. Kementerian Keuangan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo menilai realisasi pendapatan dan belanja negara 2015 berhasil menjawab keraguan banyak kalangan soal kemampuan pemerintah mengelola anggaran negara.

Menurutnya, selama ini banyak orang yang ragu-ragu mengenai realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Untuk menjawab itu, Jokowi mengaku setiap hari harus memonitor dan mendengar langsung perkembangannya dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro.

Terutama menyangkut pendapatan negara, Jokowi mengatakan banyak kalangan yang memprediksi realisasinya pada tahun di bawah 80 persen dari target.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi terakhir pada penutupan (2015) kemarin, perlu saya sampaikan, pendapatan negara mencapai 84,7 persen atau Rp1.491 triliun, kemudian menerimaan perpajakan mencapai 83 persen atau Rp1.235,8 triliun," ujarnya ketika membuka perdagangan saham perdana 2016 di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (4/1).

Sementara untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Jokowi menuturkan realisasinya pada tahun lalu sebesar Rp252,4 triliun atau 93,8 persen dari target 269,1 triliun. Itu belum termasuk hibah, yang menambah sekitar Rp3 triliun kas negara.

"Artinya apa? Apa yang kita takutkan itu tidak terjadi. Yang kalau kita kerja biasa-biasa mungkin seperti apa yang diperkirakan orang itu akan terjadi," tuturnya.



Kemudian serapan belaja negara, lanjut Jokowi, realiasasinya pada tahun lalu mencapai 91, 2 persen dari pagu atau sebesar Rp1.810 triliun. "Jangan berpikir ini angka yang main-main," tuturnya.

Dia mengakui 2015 merupakan tahun yang sulit untuk dihadapi. Namun, kondisi sulit itu menjadi momentum tepat bagi pemerintah untuk melakukan perombakan tatanan ekonomi yang selama ini menghambat pertumbuhan. Caranya dengan meluncurkan paket kebijakan deregulasi yang hampir setiap dua minggu sekali diterbitkan pemerintah.

"Saya saya yakin dengan itu perbaikan ekonomi akan lebih baik," tuturnya. (ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER