Defisit Anggaran Rp318,5 Triliun, Meleset dari Target

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Minggu, 03 Jan 2016 14:47 WIB
Realisasi (sementara) defisit anggaran dalam APBNP tahun 2015 mencapai Rp318,5 triliun (2,80 persen terhadap PDB) melenceng dari target di angka 1,9 persen.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro bersama Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo saat menghadiri peresmian Forum Sistem Pembayaran Indonesia (FSPI), Jakarta, Kamis, 27 Agustus 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah indikator kinerja pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 tercatat meleset dari target. Setelah penerimaan pajak yang meleset (shortfall), besaran defisit anggaran juga tercatat melenceng menjadi Rp318,5 triliun, dari target di angka Rp222,5 triliun.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, N.E. Fatimah mengatakan berdasarkan realisasi (sementara) pendapatan negara sebesar Rp1.491,5 triliun (penjumlahan penerimaan pajak, bea dan cukai, penerimaan negara bukan pajak/PNBP) dan belanja negara sebesar Rp1.810,0 triliun tersebut, maka realisasi defisit anggaran dalam APBNP tahun 2015 mencapai Rp318,5 triliun (2,80 persen terhadap PDB).

“Realisasi defisit anggaran ini lebih tinggi dari target defisit anggaran dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp222,5 triliun (1,9 persen terhadap PDB),” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (3/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fatimah menjelaskan, hal tersebut berimplikasi terhadap realisasi pembiayaan anggaran sementara dalam tahun 2015 mencapai Rp329,4 triliun, atau 147,3 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp222,5 triliun.

“Realisasi pembiayaan anggaran tersebut berasal dari pembiayaan dalam negeri (neto) sebesar Rp309,3 triliun dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar Rp20,0 triliun,” katanya.

Keseluruhan pembiayaan tersebut, lanjutnya, terutama digunakan untuk mendukung realisasi belanja produktif. Secara makro, dalam upaya pemenuhan pembiayaan, menurutnya Pemerintah tetap memperhatikan pengelolaan risiko dengan sumber pembiayaan yang lebih terdiversifikasi sehingga kesinambungan fiskal tetap terjaga.

“Berdasarkan realisasi defisit anggaran (sementara) sebesar Rp318,5 triliun dan realisasi pembiayaan anggaran (sementara) yang mencapai Rp329,4 triliun tersebut, maka dalam pelaksanaan APBNP tahun 2015 terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp10,8 triliun,” jelasnya.

Sebelumnya, seperti diketahui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berhasil mengumpulkan penerimaan pajak tertinggi sepanjang sejarah, yakni sebesar Rp1.055 triliun. Namun, realisasi penerimaan tersebut baru 81,5 persen dari target APBNP 2015 yang dipatok Rp1.294 triliun, alias kurang Rp239 triliun.

Yustinus Prastowo, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) mengatakan melambatnya pertumbuhan ekonomi di tahun 2015 telah berdampak terhadap penerimaan perpajakan, terutama pada sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan

Ia menambahkan, realisasi penerimaan perpajakan tahun lalu juga dipengaruhi oleh melemahnya impor dan harga-harga komoditas, terutama yang menjadi ekspor utama Indonesia yaitu CPO dan komoditas pertambangan.

Akan tetapi, Mantan Pegawai DJP itu mengapresiasi upaya ekstra keras dari para fiskus yang berhasil mengumpulkan penerimaan pajak yang cukup bagus di tengah berbagai kendala seperti perlambatan ekonomi, keterbatasan kapasitas, dan rendahnya kepatuhan wajib pajak.

"Sekedar mengingat. Kami sejak April 2015 memprediksi realisasi penerimaan pajak akan mencapai 80 persen, dan di awal Desember 2015 melihat pencapaian akhir November 2015 sebesar 64 persen, kami memprediksikan realisasi di angka 82 persen dengan catatan extra effort berhasil dijalankan," tuturnya. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER