Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin (4/1) bergerak melemah menjadi Rp13.898 dibandingkan hari sebelumnya (31/12) di posisi Rp13.795 per dolar Amerika.
Analis PT Niaga Berjangka Lukman Leong berpendapat bahwa sepanjang 2016 ini dolar Amerika cenderung menguat dikarenakan beberapa isu penting.
"Pada awal 2016 ini nampaknya Amerika akan kembali menjadi sorotan global, karena dolar akan cenderung mengalami penguatan menyusul pelemahan harga komoditas dperkirakan masih berlanjut," kata Lukman seperti dikutip dari kantor berita Antara, Senin (4/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lukman menuturkan isu penting yang datang dari Amerika juga kembali mendapat sorotan pelaku pasar yakni rencana bank sentralnya yang akan kembali menaikkan suku bunganya secara bertahap sebanyak empat kali masing-masing sebesar 25 basis poin (bps). Selain itu tahun ini Amerika juga akan menyelenggarakan pemilihan umum, yang secara historis akan mendorong dolar menguat.
"Dua isu dari Amerika itu yang akan menopang mata uangnya. Pada masa pemilu, indeks dolar rata-rata meningkat sekitar 5 persen dalam tahun berjalan," tuturnya.
Faktor lainnya, Lukman menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi China yang masih melambat serta antisipasi kebijakan bank sentral Eropa (ECB) yang akan kembali melonggarkan program stimulus keuangannya.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar Amerika mempertahankan penguatannya terhadap mayoritas mata uang utama dunia pada sesi perdagangan awal 2016 menyusul adanya perbedaan kebijakan moneter bank sentral di negara maju.
"Indeks dolar menguat seiring langkah bank sentral Amerika akan kembali menaikkan suku bunganya pada 2016 ini, sementara itu bank sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Jepang (BOJ) bertahan dengan skema kebijakan moneter yang longgar dan bahkan diperkirakan akan melonggarkan lebih lanjut," ujar Ariston.
(gen)