Andalkan Obligasi, Pemerintah Tak Lanjutkan Pinjaman Siaga

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Selasa, 05 Jan 2016 06:47 WIB
Pemerintah hanya akan mngandalkan penerbitan surat berharga nasional (SBN) guna membiayai kebutuhan pembiayaan di APBN 2016.
Dirjen Pengelolaan Utang Robert Pakpahan dan Direktur Surat Utang Negara Loto Srinaita Ginting menggelar Konferensi pers lelang ORI 011. (CNN Indonesia/Agust Supriadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Indonesia tidak memperpanjang kontrak pinjaman siaga (Standby Loan) dari sejumlah lembaga keuangan multilateral maupun bilateral seiring dengan mningkatnya kepercayaan investor di pasar obligasi.

Karenanya, pemerintah hanya akan mngandalkan penerbitan surat berharga nasional (SBN) guna membiayai kebutuhan pembiayaan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.

"Pemerintah Indonesia tidak ada niat ada standby loan lagi karena kita merasa baik dari segi penerimaan maupun kredibilitas cari utang kita sudah bisa independen," ujar Robert Pakpahan, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan di Jakarta, Senin (4/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Robert mengklaim, kepercayaan investor khususnya asing terhadap SBN yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia mulai meningkat. Ditambah dengan semakin meningkatnya basis investor domestik dari waktu ke waktu.

"Salah satu confidence kita tidak perpanjang, kita sudah jalani gejolak sektor keuangan di 2013, waktu quantitative easing dihilangkan secara bertahap. Lambat laun lelang pasar domestik tinggi lagi, at the end pemerintah Indonesia cukup kredibel," jelasnya.

Pemerintah Indonesia memang sering memanfaatkan pinjaman siaga guna menutup defisit anggaran. Pinjaman siaga selama ini dinilai efektif dan efisien untuk mendapatkan dana segar karena sifatnya yang fleksibel dan mudah ditarik sewaktu-waktu.

Selama tahun 2015 pemerintah telah merealisasikan penarikan pinjaman siaga sebesar US$ 2,5 juta dari dua lembaga keuangan multilateral yakni Asian Development Bank (ADB) dan Bank Dunia. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER