Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) yang mengelola sejumlah lapangan minyak dan gas bumi (migas) di luar negeri menargetkan dapat memproduksi sebanyak 700 ribu
barel oil equivalent per day (BOEPD) pada 2025.
Sepanjang tahun lalu, anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut baru mampu memproduksi 113 ribu BOEPD dari aset yang dikelolanya di Irak, Malaysia, dan Aljazair.
Meski masih sedikit, Presiden Direktur PIEP Slamet Riadhy mencatat realisasi produksi 2015 tersebut 20 persen lebih tinggi dibandingkan target yang diberikan induk usahanya yaitu sebesar 93 ribu BOEPD.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami menargetkan, sudah bisa produksi 700 ribu BOEPD dalam waktu 10 tahun, baik dari blok migas existing maupun dari penambahan aset baru,” ujar Slamet di Jakarta, Selasa (5/1).
Ia merinci produksi sebesar 113 ribu BOEPD yang berhasil didapatkan tahun lalu berasal dari Aljazair sebesar 39 ribu BOEPD, kemudian lapangan di Iraq berkontribusi sebesar 36 ribu BOEPD, dan dari blok migas di Malaysia menyumbang sebesar 38 ribu BOEPD.
Slamet melanjutkan, pada 2025 nanti PIEP menargetkan blok migas existing yang ada di tiga negara tersebut bisa menyumbang produksi sebesar 250 ribu BOEPD. Lapangan West Qurna1 akan mengalami produksi puncak pada 2022 sebesar 1,6 juta BOEPD. Dengan partisipasi sebesar 10 persen, maka bagian milik Pertamina sebesar 160 ribu BOEPD.
Sementara dari blok Migas di Malaysia dan Aljazair, masing-masing akan memberikan kontribusi sebesar 45 ribu BOEPD sehingga total produksi pada 2025, sebesar 250 ribu BOEPD. “Sisanya sebesar 350 ribu BOEPD, diharapkan dari aset baru,” ujar Slamet.
Target produksi 700 ribu BOEPD tersebut, menurut Slamet, belum ditambahkan dari aset hasil eksplorasi. Selain aset produksi, PIEP juga memiliki aset eksplorasi di Malaysia. Pada 2015, ia menuturkan perusahannya sudah menyelesaikan pengeboran terhadap satu lapangan potensial dan diharapkan akan ada tambahan sekitar 14-18 juta barel cadangan sehingga kalau ditambahkan dengan eksplorasi yang sudah dilakukan, akan ada tambahan 10-15 persen. Dengan tambahan tersebut, dia optimistis target PIEP memproduksi 600 ribu BOEPD pada 2025 bisa terpenuhi.
Tambah AsetSlamet berharap pada 2016, penambahan aset baru oleh perusahaannya sudah mulai dilakukan. Namun, ia masih belum merinci aset mana saja yang tengah dibidik PIEP. Ia hanya menyebutkan, Pertamina akan masuk ke wilayah yang memang dari sisi potensi cukup besar dan akseptabilitas pemerintah negara tersebut terhadap perusahaan Indonesia sudah sangat baik, seperti yang selama ini terjadi di Iraq, Aljazair dan juga Malaysia.
Sepanjang 2016 ini, PIEP menargetkan produksi migas hanya sebesar 104 ribu BOEPD. Slamet menuturkan target tahun ini yang lebih rendah dari realisasi tahun lalu disebabkan oleh kemampuan produksi lapangan-lapangan migas yang dikelola perusahaan cenderung menurun secara alamiah sekitar 18 persen per tahun.
“Kami harus melakukan injeksi lagi untuk menjaga produksi ini, karena tidak ada yang bisa menjamin hasilnya,” jelas Slamet.
Untuk mengejar target tahun ini, PIEP bakal menaikkan produksi minyak di Irak sebesar 2.500 BOEPD menjadi 36 ribu BOEPD dan Aljazair sebesar 1.500 BOEPD menjadi 22,5 ribu BOEPD . Sehingga, produksi minyak dari aset luar negeri pada tahun depan bisa naik dari 80 ribu BOEPD menjadi 84 ribu BOEPD. Sementara produksi gas akan dijaga tetap sama seperti tahun lalu sekitar 208 juta kaki kubik per hari (
million standard cubic feet per day/MMSCFD)
Menurut Slamet, pilihan ekspansi ke blok migas luar negeri yang dilakukan Pertamina merupakan sebuah keharusan. Pada 2025 nanti, kebutuhan minyak Indonesia mencapai 2 juta barel. Dari jumlah tersebut, Indonesia harus mengimpor 1,5 juta barel. Pilihan mencari minyak dari luar negeri merupakan upaya untuk mengurangi impor minyak Indonesia karena saat ini saja, impor minyak Indonesia sudah mencapai 900 ribu barel per hari (bph).
“Jadi nanti (2025), kalaupun semua lapangan minyak diserahkan ke Pertamina, hanya mampu berkontribusi sekitar 400-500 ribu bph. Sisanya harus impor. Jadi semua orang tau bahwa kita harus keluar, tidak bisa tidak,” katanya.
Pertamina masuk ke Iraq pertama kali pada November 2013, dengan mendapatkan Participating Interest sebesar 10 persen pada blok West Qurna 1 dari ExxonMobil. Kemudian pada 18 Desember 2014, PIEP masuk ke Malaysia, dengan memperoleh Participating Interest dari Murphy Sabah Oil Co Ltd dan Murphy Sarawak Oil Co Ltd. Dilanjutkan dengan melebarkan sayap ke Aljazair dengan mengakuisisi dan menjadi operator pada blok 405A dari ConocoPhillips Algeria (Copal).
(gen)