Jakarta, CNN Indonesia -- PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) melalui anak usahanya telah memperpanjang kontrak sebagai diler sepeda motor Honda di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur hingga 2020.
Sekretaris Perusahaan Mitra Pinasthika Zahnia mengatakan anak usaha perseroan tersebut adalah PT Mitra Pinasthika Mulia (MP Mulia), yang merupakan distributor utama sepeda motor di wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.
“Kami menandatangani perpanjangan
Main Dealership Agreement dengan PT Astra Honda Motor untuk periode yang berlaku sejak 2016 hingga 2020,” tulisnya dalam keterbukaan informasi, dikutip Rabu (6/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk bisnis penjualan kendaraan roda dua, MP Mulia merupakan pemimpin pasar distribusi sepeda motor di Indonesia Timur, dengan mencatat penjualan sebanyak 662.637 unit dalam sembilan bulan di 2015.
Angka penjualan tersebut turun 9 persen dari periode yang sama tahun lalu, tetapi lebih baik dari pasar nasional yang turun 20 persen berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), menjadi 4,82 juta unit.
Sebelumnya manajemen Mitra Pinasthika, yang merupakan anak usaha grup Saratoga menyatakan telah melakukan buyback saham sebanyak 11.615.800 saham hingga 31 Desember 2015.
Troy Parwata, Direktur Utama Mitra Pinasthika dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia mengatakan bahwa jumlah dana yang telah digunakan untuk pelaksanaan buyback saham termasuk broker fee mencapai Rp4,8 miliar hingga akhir tahun lalu.
“Harga rata-rata pembelian kembali saham perseroan hingga tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp420,54 per lembar,” ujarnya.
Dari sisi kinerja terkini, sampai September 2015 Mitra Pinasthika mencetak laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp336 miliar atau turun 16 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp399 miliar.
Mitra Pinasthika sebenarnya berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 1 persen menjadi Rp12,2 triliun sepanjang tiga kuartal di 2015, dari Rp12 triliun pada periode yang sama 2014. Namun turunnya jumlah permintaan dan peningkatan biaya provisi seiring perlambatan ekonomi nasional mengakibatkan penurunan laba bersih perseroan.