Jakarta, CNN Indonesia -- Pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran dinilai bisa mengguncang pasar minyak mentah dunia.
Seperti dikutip dari
CNNMoney, sanksi ekonomi AS dan Uni Eropa terhadap Iran akhirnya dicabut pada Sabtu (16/1), memulihkan akses negara tersebut ke pasar dunia. Iran diketahui telah mempersiapkan diri untuk momen ini selama berbulan-bulan, dan akan segera kembali ke jajaran atas dalam negara produsen minyak dunia.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia telah anjlok selama berbulan-bulan, jatuh ke bawah US$30 per barel. Banjir pasokan baru dari Iran kemungkinan akan mendorong harga minyak mentah lebih rendah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iran dapat dengan cepat mengambil minyak dari penyimpanan dan dari kapal tanker di laut. Iran memiliki minat untuk melakukan hal itu secepatnya, karena selama ini hanya membayar untuk menyimpan minyak itu," kata Brenda Shaffer, profesor Georgetown University di Washington.
Analis memperkirakan Iran bakal menambah antara 600 ribu hingga 1 juta barel per hari dalam produksi minyak. Namun para petinggi negara tersebut dinilai akan jauh lebih agresif dalam memproduksi minyak.
Menteri Minyak Iran, Bijan Zanganeh mengatakan kepada
CNN dalam sebuah wawancara eksklusif, bahwa pihaknya menargetkan untuk meningkatkan produksi hingga mendekati 1,5 juta barel per hari pada akhir 2016.
Namun, Iran berada dalam posisi sulit. Pasalnya, semakin banyak minyak itu diekspor, maka harga dinilai bakal semakin murah pula.
Saat ini Iran memiliki biaya produksi yang relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, tetapi kemerosotan harga lanjutan membahayakan produsen minyak. Negara tersebut sangat membutuhkan investasi besar untuk infrastruktur minyak yang terbilang sudah ketinggalan zaman.
Iran adalah anggota kartel minyak OPEC. Beberapa tahun yang lalu, negara-negara OPEC menyatakan bakal menyesuaikan produksi mereka untuk menjaga harga. Namun, OPEC dinilai tidak mungkin melakukan hal seperti itu untuk saat ini. Pasalnya, tren shale gas AS telah memaksa OPEC untuk mengubah strategi dan meningkatkan produksi demi mempertahankan pangsa pasarnya.
Lebih lanjut, ketegangan diplomatik terakhir antara Iran dan Arab Saudi membuat situasi lebih rumit. Arab Saudi, pemimpin de-facto OPEC, sudah berjuang untuk menjaga pangsa pasar dan ambisi Iran mengganggu rencana Arab.
Ada beberapa harapan. Pencabutan sanksi ini tidak mengherankan, dan beberapa analis mengatakan sebagian besar kejatuhan harga minyak telah disesuaikan oleh pelaku pasar. Adapun kesepakatan nuklir tersebut telah disegel pada Juli, hampir 2 tahun dalam pembuatannya.
"Banyak minyak Iran yang telah merembes ke pasar global sejak penandatanganan kesepakatan dengan Iran mengenai program nuklirnya, karena penegakan sanksi itu sangat lemah setelah perjanjian," kata Shaffer.
(gir)