Perlambatan Ekonomi China Momok Buat Ekspor Indonesia

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Selasa, 19 Jan 2016 14:42 WIB
BI memperkirakan setiap 1 persen perlambatan ekonomi China berpotensi menekan kinerja ekspor Indonesia sebesar 10,2 persen dan menghambat pertumbuhan 0,6 persen
Seorang kakek mengamati pergerakan saham di bursa China. (China Photos/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai perlambatan ekonomi China menjadi mimpi buruk bagi kinerja perdagangan Indonesia. Pasalnya, selama ini China merupakan mitra dagang utama Indonesia.

Ekonomi China pada tahun lalu hanya tumbuh 6,9 persen, yang merupakan  level terendah dalam 25 tahun terakhir.

David mengatakan, kondisi China itu sudah diprediksi sejak lama, yakni sebelum krisis ekonomi global terjadi atau sekitar tujuh tahun terakhir. Dampaknya dapat terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melandai bersamaan dengan perlambatan ekonomi Negeri Tirai Bambu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kita lihat selama tiga tahun terakhir ekspor kita turun sampai US$13 miliar, dan impor cenderung naik,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (19/1).

Menurutnya, penurunan ekspor terutama terjadi untuk komoditas tambang, kelapa sawit, hingga hasil perkebunan.  Kondisi tersebut, menurutnya merupakan dampak dari kebijakan transformasi perekonomian China yang semula berbasis ekspor dan investasi menjadi berbasis konsumsi.

Tak hanya itu, lanjutnya, sentimen negatif China masih bisa berlanjut karena kemungkinan otoritas setempat akan menurunkan lagi nilai mata uang Yuan. Kebijakan devaluasi itu diprediksi akan menambah tekanan terhadap pasar keuangan Indonesia dalam waktu dekat.

“Untuk periode devaluasi, kita belum bisa menebak, karena bisa-bisa saja mereka  melakukan dalam waktu dekat,” jelasnya.


Untuk meredam dampak tersebut, David Sumual menyarankan agar pemerintah dan Bank Indonesia menerapkan sejumlah kebijakan guna menstimulus perekonomian.

“Instrumen moneter masih bisa digunakan, seperti penurunan suku bunga dan giro wajib minimum, itu akan berdampak signifikan,” jelasnya.

Dari sisi fiskal, ia melihat tak banyak yang bisa dilakukan pemerintah sebenarnya. Sebab, beberapa pos anggaran tampak sudah kelebihan kapasitas (over capacity) akibat kondisi ekonomi yang cenderung stagnan.

“Selama ini belanja infrastruktur sudah benar dilakukan pemerintah, hanya saja pembangunan infrastrukturnya harus yang memiliki multiplier effect,” jelasnya.


BI Waspada

Bank Indonesia (BI) pun telah memberikan sinyal waspada terhadap perlambatan ekonomi China. Berdasarkan kajiannya, setiap 1 persen penurunan pertumbuhan China berpotensi menekan kinerja ekspor Indonesia sebesar 10,2 persen.

Dampak lanjutannya, bank sentral memperkirakan setiap 1 persen perlambatan ekonomi China berisiko menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 0,6 persen. (ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER