Jakarta, CNN Indonesia -- PT Mandiri Capital Indonesia, anak usaha Grup Bank Mandiri di bidang usaha modal ventura menyatakan tidak ada syarat khusus bagi perusahaan rintisan (
start up) yang ingin memperoleh suntikan modal.
Chief Executive Officer (CEO) Mandiri Capital Eddi Danusaputro menyatakan tingkat risiko pendanaan bagi start up di Indonesia terbilang tidak terlalu tinggi dan setara dengan perusahaan lain di Asean.
“Saya kira
risk reward start up Indonesia sama dengan negara-negara lain di Asean. Cuma memang di Indonesia istilah ini terbilang baru. Jadi para entrepreneur Indonesia memang perlu dibantu,” jelasnya kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (27/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyatakan, sebelumnya ia pernah bekerja di Morgan Stanley dan kemudian mendirikan perusahaan
private equity, Makara Capital. Menurutnya, tidak ada perbedaan besar antara
private equity dengan perusahaan modal ventura.
“Sebenarnya tidak ada perbedaan besar antara
private equity dan
venture capital, hanya masalah jumlah aset. Private equity biasanya mengurusi perusahaan yang besar dan sudah mapan, tetapi venture capital lebih ke perusahaan baru atau start up. Tapi pekerjaan tidak jauh beda,” jelasnya.
Untuk diketahui, pada tahun ini Mandiri Capital telah memperoleh suntikan modal hingga Rp500 miliar dari induk usaha perseroan, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jumlah tersebut nantinya akan disalurkan kembali kepada
start up yang terpilih.
Eddi menambahkan, manajemen tidak memberikan persyaratan khusus bagi start up yang ingin memperoleh suntikan dana. Eddi menyatakan yang penting bagi start up adalah memiliki model bisnis yang bagus dan berpotensi meraup laba yang berkelanjutan.
“Tidak ada syarat khusus untuk bisa memperoleh dana dari kami. Yang penting ide bisnisnya bagus dan tim usahanya solid. Bisnis model bagus,
scaleable, dan memiliki potensi growth profit di kemudian hari,” ucapnya.
"Masih merugi pun tidak apa-apa. Banyak kok start up yang masih merugi," imbuh Eddi.
Lebih lanjut, Eddi mengaku usaha teknologi jasa financial (fintech) dan perbankan digital (digital banking) menjadi fokus utama manajemen untuk saat ini. Pasalnya, karena perusahaan berasal dari salah satu bank pelat merah terbesar di Indonesia, maka ia menilai hal itu lebih cocok.
“
Fintech dan
digital banking jadi fokus utama kami. Mungkin karena mereka tahu di belakang kami ada Grup Bank Mandiri,” katanya.
Sementara dari segi persaingan antara perusahaan modal ventura, Eddi menilai manajemen tidak menilai adanya tekanan tinggi. Hal itu karena menurutnya segmen klien perusahaan berbeda dengan perusahaan modal ventura kebanyakan di Indonesia.
“Memang ada banyak perusahaan modal ventura, tapi kan itu masih dengan izin seperti jaman dulu, yaitu kebanyakan membiayai UKM. Modal ventura yang masuk ke sektor usaha baru seperti
e-commerce dan lainnya masih sedikit,” katanya.
Mengutip data dari Otoritas Jasa Keuangan, per 31 Desember 2015 tercatat 61 perusahaan modal ventura. Adapun total aset seluruh perusahaan tersebut mencapai Rp8,98 triliun dan mampu mencatatkan laba setelah pajak senilai total Rp225 miliar.
(gir)