Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak melonjak 8 persen pada Rabu (3/2), mencatatkan penaikan beruntun dalam dua hari setelah investor mengambil keuntungan dari dolar AS yang lebih lemah dan mengabaikan data yang menunjukkan lonjakan besar dalam persediaan minyak mentah AS ke rekor tertinggi.
Seperti dikutip dari
Reuters, komentar Menteri Luar Negeri Rusia menunjukkan kesediaan produsen utama minyak untuk bertemu jika terdapat konsensus di antara OPEC dan non-anggota OPEC. Hal itu juga menghidupkan kembali harapan dari kesepakatan untuk memangkas produksi minyak dan membantu untuk meningkatkan harga.
Indeks dolar jatuh ke level rendah dalam tujuh pekan, membuat harga komoditas dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Hal itu terjadi di tengah meningkatnya skeptisisme bahwa Federal Reserve akan mampu menaikkan suku bunga AS lagi tahun ini dan setelah data menunjukkan industri jasa AS tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan bulan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga minyak AS CLc1 ditutup dengan satu keuntungan terbesar dalam lima bulan, naik US$2,40, atau 8 persen, untuk US$32,28. Sementara harga minyak Brent berjangka LCOc1 ditutup naik US$2,32, atau 7,1 persen, pada US$35,04 per barel, setelah naik hingga US$35,11.
Harga minyak pemanas berjangka AS, HOc1 naik 6,7 persen setelah pengamat cuaca AS menyerukan cuaca dingin musiman selama dua minggu ke depan.
"Kami mendapatkan penguatan minyak mentah dari pelemahan dolar AS," kata Robert Yawger, wakil presiden senior perdagangan energi berjangka di Mizuho Securities USA.
"Ada sedikit aktivitas spekulasi yang terlibat dalam hal itu juga. Pasar memiliki kecenderungan pada akhir-akhir ini untuk menarik posisi spekulasi ketika minyak diperdagangkan di bawah US$30," tambahnya.
Pelaku pasar dinilai mengabaikan data pemerintah yang menunjukkan mentah AS dan persediaan bensin naik ke tingkat rekor pada minggu lalu. Sementara minyak mentah melonjak 7,8 juta barel lebih tinggi, melampaui ekspektasi analis untuk kenaikan 4,8 juta barel, karena impor melonjak dan penyuling dipangkas.
"Orang-orang mengatakan, 'Saya pikir pasar telah percaya, tidak ada tempat lain untuk pergi selain dari sini.' Saya tidak setuju dengan premis bahwa saya pikir kami akan membuat posisi terendah baru sebelum kita mulai bergerak naik lebih tinggi. Ada begitu banyak minyak di luar sana dan Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hal itu, "kata Sal Umek dari Institut Manajemen Energi di New York.
(gir)