Pembicaraan Arab-Venezuela Gagal, Harga Minyak Melemah

Antara | CNN Indonesia
Selasa, 09 Feb 2016 09:41 WIB
Harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Maret merosot US$1,20 (3,9 persen) menjadi berakhir di US$29,69 per barel pada Senin lalu.
ilu
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah merosot pada penutupan perdagangan Senin, hingga berada di bawah tingkat 30 dolar AS per barel setelah pembicaraan akhir pekan antara Arab Saudi dan Venezuela memupus harapan untuk pengurangan produksi.

Seperti dikutip dari Antara berdasarkan laporan AFP, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret merosot US$1,20 (3,9 persen) menjadi berakhir di US$29,69 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, patokan Eropa, menetap pada US$32,88 dolar AS per barel, turun US$1,18 (3,5 persen) dari penutupan Jumat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim Evans dari Citi Futures mengatakan pertemuan antara menteri perminyakan Venezuela dan Arab Saudi tampak mengalami kegagalan, karena Arab Saudi terus menunjukkan keengganan untuk mendukung pertemuan darurat OPEC tentang harga rendah.

"Hal ini menentukan standar keberhasilan pada sekitar tingkat terendah yang ada, dalam pandangan kami, dan meninggalkan pasar menghadapi kelebihan pasokan fisik yang sedang berlangsung," kata Evans.

OPEC, kartel 13 negara penghasil minyak di mana Arab Saudi merupakan produsen terbesar, telah menolak untuk memangkas produksi, karena mereka tampak berupaya mempertahankan pangsa pasar dalam menghadapi persaingan dari minyak serpih AS.

Padahal di akhir Januari lalu, spekulasi bahwa Rusia dan OPEC bisa bertemu untuk membahas pengurangan produksi memberikan dukungan singkat terhadap harga minyak.

"Sejauh ini apa yang kita lihat adalah pertemuan tanpa hasil," kata James Williams dari WTRG Economics. "Ini mungkin akan berjalan hingga pertengahan tahun sampai kita melihat sesuatu yang tampak seperti pasar bullish."

Sementara itu, James Hughes, analis di pedagang GKFX, mencatat bahwa pasar berada dalam "mempertahankan pola" menunggu berita sisi pasokan.

"US$30 per barel akan menjadi tingkat penting untuk beberapa bulan ke depan. Kekhawatirannya adalah bahwa investor hanya mengambil napas mereka sampai pergerakan lebih lanjut terus menurun,” katanya. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER