Jakarta, CNN Indonesia -- Usai melepas lisensi keagenan produk Harley Davidson di Indonesia, PT Mugi Rekso Abadi (MRA) Group dikabarkan juga telah melepas lisensi penjualan merek mobil mewah asal Italia, yakni Abarth.
Abarth merupakan salah satu bagian produk dari Fiat Group yang dikenal sebagai pembuat mobil balap berdesain unik.
Sejak tahun 2013, lisensi penjulan Abarth di Indonesia dipegang oleh PT Parama Unggul Otomotif dan PT Genta Surya Otomotif (GSO) yang merupakan anak usaha dari MRA Group.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CEO MRA Group Soetikno Soedarjo mengatakan, pihaknya secara resmi telah menghentikan kerjasama penjualan dengan Abarth per Desember 2015 lalu.
"Per Januari 2016, lisensi Abarth sudah kita balikin. Tapi kita masih tetap berikan service di Fatmawati itu masih jalan terus," ujar Soetikno di Jakarta, Rabu (11/2).
Soetikno menjelaskan, layanan jasa yang dimaksud ialah layanan bengkel, hingga jual beli suku cadang yang terletak di diler Abarth yang berlokasi di Jl. RS Fatmawati No.188, Gandaria Selatan. Saat ini menurutnya diler tersebut juga masih melayani layanan purna jual suku cadang.
"Tapi untuk penjualan unit mobil sudah kami setop," katanya.
Soetikno mengungkapkan, tingginya beban pajak yang diibebankan pemerintah kepada penjualan mobil mewah di Indonesia berhasil menyurutkan minat pasar terhadap mobil yang pada dasarnya memiliki pangsa pasar terbatas itu.
Beban penjualan juga semakin bertambah dengan pelemahan nilai rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat.
Akibat beban yang tinggi itu, MRA Group juga terpaksa menghentikan kerjasama keagenan penjualan motor besar Harley Davidson.
Setelah melepas lisensi Abarth dan Harley Davidson, kini unit bisnis MRA Group di bidang otomotif hanya bertumpu pada penjualan mobil mewah Ferrari.
Melalui anak usaha lainnya, PT Tiara Cahaya Otomotif, MRA Group masih mengandalkan 20-25 persen pendapatannya dari kontribusi penjualan mobil berlambang kuda jingkrak itu.
"Ferrari masih potensial di Indonesia, karena juga penjualannya tidak sebanyak Harley. Sebagian unit bisnis di MRA masih baik kondisinya kecuali ya yang paling kena kita di Harley. yang lainnya masih profitable tapi industri memang lagi berkurang," katanya.
(dim/dim)