Jakarta, CNN Indonesia -- Kinerja PT Astra International Tbk sepanjang 2015 tercatat melemah dan berada di bawah estimasi konsensus analis setelah laba bersih perusahaan induk tersebut anjlok 25 persen menjadi Rp14,5 triliun dari Rp19,2 triliun pada 2014.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengatakan sepanjang tahun 2015 perseroan menghadapi berbagai tantangan, di antaranya pelemahan harga komoditas dan penurunan konsumsi domestik.
“Sekaligus meningkatnya kompetisi dari sektor penjualan mobil, dan merosotnya kualitas kredit korporasi yang mengakibatkan penurunan kontribusi di semua segmen kecuali teknologi informasi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (25/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, pendapatan bersih konsolidasian Astra menurun 9 persen menjadi Rp184,2 triliun sepanjang tahun 2015, terutama disebabkan oleh penurunan di segmen otomotif, alat berat dan pertambangan, serta agribisnis.
“Laba bersih konsolidasian menurun 25 persen menjadi Rp14,5 triliun,” katanya.
Di sisi lain, Prijono menyatakan, tanpa memperhitungkan pembebanan biaya non kas atas penurunan nilai properti tambang batubara pada tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya, laba bersih perseroan turun 20 persen menjadi Rp16 triliun.
Kepala Riset Bahana Securities Harry mengatakan Harry Su mengatakan bahwa kinerja Astra International sepanjang 2015 tercatat di bawah ekspektasi. Ia mengaku konsensus analis memprediksi pelemahan Astra International bakal sedalam itu.
“Cukup mengejutkan karena laba bersih sepanjang 2015 tersebut tercatat 13 persen di bawah konsensus analis yang memprediksi laba bersih di kisaran Rp16,4 triliun,” ungkapnya kepada CNNIndonesia.com.
Harry menyatakan pelemahan Astra International sebenarnya sudah sangat terlihat kinerja anak usaha perseroan di bidang perkebunan, Astra Agro Lestari, ambruk. Laba bersih Astra Agro pada tahun 2015 anjlok 75,28 persen menjadi Rp619 miliar dari Rp2,5 triliun pada periode yang sama tahun 2014.
Kinerja perusahaan yang lesu pada tahun 2015 tersebut disebabkan oleh beberapa hal, pertama adalah penurunan penjualan CPO sehingga menyebabkan pendapatan Utama Perseroan pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 19,93 persen menjadi Rp13,06 triliun dari Rp16,31 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
“Terlihat dari Astra Agro yang
far below expectation, membuat kinerja Astra International tertekan. Namun, disebabkan juga adanya penurunan penjualan mobil dan pelemahan harga komoditas yang menyeret bisnis batubara,” jelasnya.
Lebih lanjut, laba bersih Astra International dari grup bisnis otomotif menurun 12 persen menjadi Rp7,5 triliun. Prijono mengatakan, secara keseluruhan, lemahnya permintaan otomotif selama tahun 2015 disebabkan oleh perlambatan ekonomi.
“Selain itu, diskon harga di pasar mobil yang disebabkan oleh kelebihan kapasitas produksi terus memberikan dampak negatif terhadap laba bersih. Bisnis komponen otomotif juga memberikan kontribusi yang lebih rendah, disebabkan oleh berkurangnya volume dan pelemahan nilai tukar rupiah,” katanya.
Untuk diketahui, penjualan mobil Astra menurun sebesar 17 persen menjadi 510.000 unit, sehingga menyebabkan penurunan pangsa pasar dari 51 persen menjadi 50 persen sepanjang tahun 2015.
Sementara penjualan sepeda motor nasional menurun sebesar 18 persen menjadi 6,5 juta unit. Penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) mengalami penurunan sebesar 12 persen menjadi 4,5 juta unit.