Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah China mematok target pertumbuhan berbagai ekonomi negaranya di kisaran 6,5 persen hingga 7 persen untuk tahun ini. Target ini ditetapkan di tengah upaya China berjuang untuk keluar dari perlambatan ekonominya.
Mengutip
CNN Money, Minggu (6/3), perlambatan ekonomi China terjadi pada tahun lalu, di mana ekonomi terbesar kedua di dunia itu hanya tumbuh 6,9 persen atau lebih rendah dari target 7 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi China itu merupakan yang paling lambat dalam 25 tahun terakhir.
Setelah puluhan tahun mengalami ekspansi ekonomi yang berbahaya, perekonomian China kini melambat. Pemerintah pusatnya di Beijing berusaha menggeser mesin pertumbuhan, dari yang selama ini bergantungan pada manufaktur dan investasi yang dibiayai utang dan perlahan-lahan beralih ke sektor jasa dan belanja konsumen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ekspansi ekonomi pada kisaran 6,5 persen sampai 7 persen adalah jauh dari hari-hari yang memabukkan ketika sebelumnya ekonomi China tumbuh rata-rata 10 persen per tahun.
November tahun lalu, bank sentral China menyatakan rata-rata pertumbuhan tahunan negaranya minimal 6,5 persen selama lima tahun ke depan guna memenuhi tujuan pemerintah mendirikan sebuah "masyarakat cukup sejahtera" pada 2020.
Ketidakpastian atas prospek ekonomi China dinilai para ekonomi sebagai pendorong utama perlambatan ekonomi global, pasca mengguncang pasar internasional pada awal tahun ini. China tidak lagi membeli banyak komoditas seperti dulu dan akibatnya pasokan komoditas dunia seperti minyak saat ini melimpah. Sementara dari sisi mata uang, nilai tukar yuan juga tercatat anjlok signifikan terhadap dolar AS.
Pemerintah China tampaknya tengah bergulat dengan masalah kelebihan kapasitas di sektor industri tradisional di tengah aktivitas manufaktur yang terus menurun. Otoritas terkait China menyatakan pada pekan ini akan ada pemangkasan 1,8 juta lapangan erja di sektor industri batubara dan baja.
Hal ini mmebuat para pelaku ekonom dihantui kekhawatiran akan kesehatan ekonomi China di tengah lambatnya reformasi kebijakan dan risiko sistemik di pasar perumahan dan sektor shadow banking.
Para ahli mengatakan pemerintah China akan melanjutkan stimulus sedikit demi sedikit guna mendukung perekonomian dan menjaga risiko tersebut.
(ags)