Jakarta, CNN Indonesia -- PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) dipastikan akan tetap bekerjasama dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) di dalam pembangunan fasilitas pemurnian biji mineral (smelter) tembaga di Gresik, Jawa Timur.
Selain merupakan komitmen terhadap pelaksanaan program hilirisasi produk pertambangan yang menjadi subtansi dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara, kerjasama pembangunan smelter dengan Freeport juga menjadi salah satu prasyarat yang harus dipenuhi perseroan untuk bisa memperoleh izin ekspor konsentrat.
"Nanti MoU (memorandum of understanding) finalnya dengan Freeport akan diselesaikan. Sekarang masih tahap finalisasi," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono di Jakarta, Selasa (15/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang mengungkapkan, dalam surat resmi yang disodorkan ke meja pemerintah perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) ini berkomitmen menanamkan dana investasi sebesar US$3 juta dalam proyek smelter Freeport.
Saat ini, kedua perusahaan diketahui masih intens membicarakan ihwal pembagian proporsi saham atas fasilitas smelter yang akan dibuat.
"Nanti kontribusinya sebesar apa, apakah nambah itu kan belum tahu. Yang jelas sampai saat ini baru sekitar itu yang disampaikan nanti kalau misalnya Freeport minta tambah bisa saja terjadi," tambah Bambang.
Seperti diketahui, sebagai implementasi atas UU Minerba Freeport Indonesia berencana membangun smelter berkapasitas bahan baku 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Ada pun smelter yang berada di Gresik, Jawa Timur itu dibangun di atas lahan seluas 80 hektar milik PT Petrokimia Gresik dengan perkiraan nilai investasi mencapai US$2,3 miliar.
Di mana dalam pembangunannya Newmont akan menanamkan sejumlah angka investasi pada megaproyek tersebut.
"Kan yang penting begini smelter itu kan tidak harus dibangun masing-masih perusahaan. Itu intinya. Siapa pun boleh," tandas Bambang.
(dim)