Jakarta, CNN Indonesia -- PT Aneka Tambang Tbk (Antam) menyatakan siap mendapatkan 30 hingga 40 persen kepemilikan di dalam proyek patungan fasilitas pemurnian lumpur anoda (
anode slime) dan proses permurnian logam mulia (
precious metal refinery) yang dilakukan dengan PT Smelting dan PT Freeport Indonesia.
Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman mengatakan angka itu dihasilkan dari perkiraan kasar sementara berdasarkan potensi sisa penyerapan penawaran umum terbatas (
rights issue). Karena rencananya, sisa dana
rights issue yang berada di kisaran Rp1,87 triliun itu akan digunakan untuk mendanai proyek ini.
Sebagai informasi, Antam melaksanakan rights issue pada tahun lalu dan dierkirakan bisa menghimpun dana maksimal hingga Rp5,37 triliun. Sebanyak Rp3,5 triliun telah diserap oleh Pemerintah sebagai aksi Penyertaan Modal Negara (PMN) dan seluruhnya digunakan untuk pembangunan Pabrik Feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari
rights issue kami masukkan dana untuk masuk ke proyek
anode slime dan diperkirakan kami akan dapat saham sebesar 30 hingga 40 persen dari
joint venture tersebut," jelas Tedy di Jakarta, kemarin.
Kendati demikian, ia belum bisa memberikan angka investasi yang presisi karena menunggu kalkulasi dari Freeport. Pasalnya, fasilitas
anode slime yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur ini juga akan disinkronkan dengan pemurnian (
smelter) tembaga yang akan dibangun oleh Freeport, di mana
smelter tersebut sampai saat ini belum melakukan
groundbreaking.
"Belum ada angka terkait investasi proyek
anode slime ini karena masih menunggu Freeport," jelas Tedy.
Sampai saat ini, pembahasaan proyek masih dalam tahap studi kelayakan. Diharapkan, finalisasi pembentukan
joint venture dengan kedua perusahaan lain bisa selesai pada kuartal IV tahun ini.
"Awalnya memang proyek kami hanya
anode slime, namun saat ini berubah jadi
anode slime dengan
Precious Metal Refinery (PMR). Dan karena Freeport ada proyek ya sudah digabung saja," tambahnya.
Perusahaan juga berharap bisa segera merealisasikan proyek ini setelah pemerintah menyetujui pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi
anode slime yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 106 tahun 2015 tentang Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Tidak Dipungut Pajak Pertambahan Nilai.
Jika rampung, nanti proyek ini bisa memproses 6 ribu ton
anode slime per tahunnya dan bisa menghasilkan 60 ton emas. Pembangunan ini, tambahnya, merupakan salah satu upaya Antam bergerak ke arah hilirisasi pertambangan sesuai pasal 103 Undang-Undang (UU) Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara.
"Karena sudah tidak boleh diekspor lagi, maka kami mengarah ke sana (hilirisasi)," tambahnya.
Selain proyek
anode slime, perusahaan juga tengah membangun tiga proyek hilirisasi lainnya yaitu perluasan pabrik feronikel di Pomalaa dengan nilai US$600 juta (Rp7,8 triliun) dan pembangunan pabrik feronikel di Halmahera Timur dengan nilai Rp3,5 triliun.
Di samping itu, perusahaan juga akan membangun
smelter grade alumina di Mempawah, Kalimantan Barat yang bekerjasama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan Aluminium Corporation of China. Proyek ini diharapkan rampung pada kuartal IV 2019.
(gen)