Jakarta, CNN Indonesia -- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendukung rencana pemerintah melebur PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) ke dalam PT Pertamina (Persero) selaku induk (
holding) badan usaha milik negara (BUMN) sektor energi.
Agar target percepatan pembangunan infrastruktur gas oleh
holding bisa lebih gampang tercapai, DPR meminta pemerintah mempertimbangkan membeli kembali saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang sebagian dikuasai publik.
“Sebaiknya di
buyback saja saham PGN yang dikuasai publik jadi kembali sepenuhnya milik negara,” ujar Inas Nasrullah Zubir, Anggota Komisi VII DPR, Jumat (22/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Inas apabila pemerintah tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli lagi saham PGN, aksi tersebut bisa dilakukan oleh Pertamina.
“Jadi jika sudah di
buyback diharapkan sinergi membangun infrastruktur gas menjadi lebih baik karena PGN bisa melakukannya bersama PT Pertamina Gas (Pertagas) sebagai sesama anak usaha Pertamina,” katanya.
Saham PGN saat ini dikuasai oleh negara sebanyak 56,96 persen dan 43,04 sisanya dikuasai publik.
Sementara Anggota Komisi VII lainnya, Satya W. Yudha menegaskan, dengan bersatunya PGN ke Pertamina maka otomatis kepemilikan saham asing di PGN akan berkurang.
“Tinggal nanti dibuat aturan pada saat harga bagus baru bisa di buyback oleh Pertamina. Tapi jangan dipaksakan sekarang karena justru bisa rugi,” tegasnya.
Menurut Satya, PGN berpotensi berkembang menjadi lebih besar dengan digabungkan ke Pertamina. Untuk itu, karyawan PGN juga tidak perlu khawatir dengan masa depannya.
“Nantinya PGN akan semakin besar karena ini business to business. Karyawannya juga tidak perlu khawatir karena bisnisnya akan semakin berkembang,” tandas Satya.
Segera DirealisasikanHari Purnomo, Anggota Komisi VII DPR lainnya meminta pemerintah untuk segera merealisasikan pembentukan
holding BUMN energi tersebut. Pasalnya sinergi PGN dengan Pertamina adalah gagasan yang sudah lama digulirkan.
“Sinergi utamanya dalam pembangunan infrastuktur gas. Makin cepat terwujud makin baik. Semua pihak pemasok maupun pengguna akan diuntungkan karena makin handal, efisien dan mencukupi,” tegas Hari.
PGN pada 2016-2019 berencana menambah jaringan pipa gas baik transmisi maupun distribusinya sepanjang lebih dari 1.680 Km. Infrastruktur pipa gas bumi yang dibangun sepanjang lebih dari 1.680 km tersebut di antaranya adalah proyek pipa transmisi open access Duri-Dumai-Medan, pipa transmisi open access Muara Bekasi-Semarang, pipa Distribusi Batam (Nagoya) WNTS-Pemping dan pipa distribusi gas bumi di wilayah eksisting dan daerah baru lainnya.
Dengan tambahan pipa gas sepanjang lebih dari 1.680 km tersebut, akan membuat jumlah pipa gas bumi PGN yang saat ini sebanyak 6.986 km, pada 2019 nanti menjadi lebih dari 8.660 km. Jumlah ini akan meningkatkan kemampuan penyaluran gas PGN mencapai 1.902 MMSCFD.
Sementara itu, Pertamina hingga kini tercatat sebagai satu-satunya perusahaan energi di Indonesia yang menguasai mata rantai bisnis gas secara terintegrasi. Bisnis gas yang dijalankan Pertamina saat ini tak lepas dari kontribusi empat anak usaha di sektor eksplorasi dan produksi, yaitu PT Pertamina EP, PT Pertamina Hulu Energi, PT Pertamina EP Cepu, dan PT Pertamina Internasional EP (PIEP). Dari tiga anak usaha di dalam negeri saja, Pertamina memproduksi gas sebanyak 1,63 miliar kaki kubik per hari.
Gas yang diproduksi anak usaha Pertamina, sebagian langsung disalurkan melalui pipa oleh Pertagas, anak usaha Pertamina di sektor distribusi dan transmisi gas, ke konsumen. Jaringan pipa transmisi
open acces Pertamina saat ini mencapai 2.200 kilometer.
(gen)