Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) mempertimbangkan ekspor solar mengingat saat ini produksi solar dalam negeri mengalami surplus sebesar 140 ribu barel per bulan, sedangkan penyerapan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar dalam negeri semakin menurun tahun ini.
Kendati wacana ekspor ada di depan mata, Direktur Pengolahan Pertamina, Rachmad Hardadi mengatakan sampai saat ini perusahaan belum punya negara tujuan ekspor yang akan disasar. Hal itu akan ditentukan setelah Pertamina melihat kondisi harga BBM saat ini.
"Tentu kami akan cari negara yang memiliki harga yang bagus," jelas Rachmad di Jakarta, kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak awal tahun, katanya, konsumsi solar memang tidak banyak diserap oleh sektor riil, utamanya sektor pertambangan yang kini tengah loyo akibat masih rendahnya harga komoditas. Akibatnya, Pertamina mengalami stok berlebih yang membuat perusahaan tidak mengimpor solar lagi selama dua bulan terakhir.
Hal itu juga terlihat dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), di mana penjualan solar Pertamina hingga kuartal I tahun ini tercatat sebesar 2,92 juta kl. Angka ini anjlok 11,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,29 juta kl.
"Hari-hari terakhir ini kami sudah kelebihan solar selama dua bulan terakhir, sehingga impor solar kami setop. Bukan karena produksinya bertambah banyak, tapi serapan dari konsumsi turun, industri sedang lesu," jelasnya.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan berlebihnya pasokan solar dalam negeri juga disebabkan oleh adanya mandatori biodiesel B-20, yang sekiranya juga bisa mengurangi kebutuhan solar sebesar 2,5 hingga 3 juta kl per tahunnya. Bahkan, hal itu membuat perusahaan akan menghentikan impor solar di tahun ini.
"Kalau surplus, 2016 saya kira kami tidak akan impor BBM solar lagi. Apalagi sudah ada mandatori B-20 juga," jelas Dwi di lokasi yang sama.
Meskipun ada rencana untuk menjual solar ke luar negeri, namun ia mengatakan itu adalah opsi terakhir untuk memanfaatkan kelebihan produksi. Rencananya, surplus solar itu pertama kali akan diolah lagi menjadi produk yang lebih memiliki nilai jual tinggi.
"Tapi pertama kelebihan produksi itu akan dikonversi dulu ke
smooth fluid, dan itu untuk keperluan
drilling karena harganya bisa lebih mahal. Namun kalau nanti masih ada kelebihan, akan kami ekspor," ujarnya.
(gir)