Jakarta, CNN Indonesia -- PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II bakal menambah kapasitas pembangkit listrik di Bandara Internasional Soekarno-Hatta hingga 150 Megawatt (MW) dengan nilai investasi mencapai Rp3 triliun.
Untuk membangun pembangkit tersebut, AP II menggandeng dua perusahaan pelat merah lain yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dan PT Wijaya Karya Tbk (Wika) dengan kapasitas awal 60 MW senilai Rp1 triliun.
Direktur Utama AP II Budi Karya Sumadi mengatakan pembangkit tersebut perlu dibangun untuk memenuhi kebutuhan listrik bandara dan mengantisipasi penaikan kebutuhan lanjutan. Pasokan listrik yang cukup juga dinilainya menjadi salah satu faktor ketepatan jadwal penerbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dengan ini, kami mengurangi salah satu penyebab
delay karena pemenuhan kebutuhan listrik ini,” ujar Budi, di Jakarta, Rabu (11/5).
Ia menjelaskan, AP II tetap akan memegang kepemilikan mayoritas dalam perusahaan
joint venture (JV) tersebut.
“Investasinya Rp1 triliun untuk 60 MW. Kami lakukan JV dimana AP II memiliki 51 persen, sisanya PGN dengan WIKA. Pendanaan yang dibutuhkan berasal dari ekuitas masing-masing,” ungkapnya.
Setelah pembangkit bertenaga gas bumi tahap pertama selesai dibangun, Budi menyebut AP II akan mengembangkan kapasitasnya sampai mencapai 150 MW sesuai dengan tambahan kebutuhan listrik bandara Soekarno-Hatta. Kebutuhan listrik di Bandara Soekarno-Hatta dipastikan meningkat setelah Terminal 3
Ultimate dan
Cargo Village selesai dibangun.
“Kira-kira dua tahun lagi. Kalau segitu bisa sampai Rp3 triliun investasinya,” jelasnya.
Budi menambahkan, untuk pembangunan PLTG 60 MW ini, perusahaan bakal mencari pendanaan dari opsi pinjaman sebesar Rp650 miliar. Ia mengaku perseroan bisa dengan mudah mencari pinjaman karena telah memiliki
stand by loan (pinjaman siaga) dari beberapa pihak.
“AP II sekarang punya stand by loan mencapai Rp8 triliun. Sementara kebutuhan investasi dalam 5 tahun ke depan sekitar Rp30 triliun,” jelasnya.
Selain pinjaman, Budi mengaku perusahaan memiliki cash flow mencapai Rp3 triliun per tahun. Sehingga dalam 5 tahun, perseroan bisa memiliki Rp15 triliun. Ia juga menyatakan perusahaan masih memiliki opsi penerbitan surat utang
“Obligasi tahun ini dapet Rp2 triliun, dua tahun lagi bisa menerbitkan Rp2 triliun-Rp 3 triliun lagi. Saya pikir apa yang sudah ada bisa kita kembangkan,” jelasnya.
Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso mengaku siap memasok gas untuk kebutuhan pembangkit listrik semua bandara di Indonesia.
“Saat ini kami rencana awal memang membangun 60 MW di Soekarno-Hatta. Namun kami siap bekerjasama dengan AP II untuk memasok gas di bandara," katanya.
Ia menjelaskan, dalam kerjasama kali ini, perseroan bekerja sama dengan Wijaya Karya dalam membangun konstruksinya. Adapun untuk pendanaan, ia mengaku perseroan menyiapkan dana dari kas internal.
“Dana pembangunan dari internal kas. Belanja modal masih dalam kajian untuk di-
review karena melihat perkembangan kuartal I yang masih
flat,” katanya.