Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Wijaya Karya (Persero) Tbk menyatakan bakal segera melakukan finalisasi administrasi untuk bisa melakukan pencairan dana dari China Development Bank (CDB) senilai total US$5 miliar untuk membiayai proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Direktur Utama Wijaya Karya Bintang Perbowo mengatakan manajemen saat ini masih dalam proses finalisasi. Ia menyatakan salah satu kendala disebabkan tidak adanya jaminan dari pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Ini masih proses finalisasi. sama seperti orang kredit bank, jadi mereka pinjam jaminan apa dan sebagainya. Dari awal pinjaman itu memang tidak ada jaminan dari pemerintah dan di APBN. Itu yang kamu rundingkan,” jelasnya di Jakarta, Rabu (11/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, dalam hal ini China Development Bank meminta kejelasan jaminan yang bisa digunakan. Bintang mengaku jajarannya bakal menyambangi Beijing, China untuk menuntaskan hal tersebut.
“Kan si pemberi uang ingin uang dijamin kembali, itu masih kita rundingkan. Mungkin tinggal hanya beberapa hal saja kok jaminan. Besok kami bahas di Beijing untuk finalisasi,” ungkapnya.
Jika seluruh persyaratan telah dipenuhi, Bintang menyatakan perusahaan bisa mencairkan dana sewaktu-waktu saat dibutuhkan. Namun, saat ini fokus utama perseroan adalah ‘mengamankan’ administrasi untuk kemudahan pencairan nantinya.
“Ya ada beberapa syarat, kalau syarat itu dipenuhi ya dicairkan. Kalau kami masukin ke ekuitas semua, ya mereka langsung menyerahkan semuanya,” kata Bintang.
Bintang menyatakan jajarannya akan mengatur penarikan uang tersebut secara bertahap nantinya. Hal itu dimaksudkan agar perseroan bisa menghemat biaya bunga pinjaman.
“Kami akan roll ini dicairkan. Tanda tangan, tetapi uangnya enggak masuk semua ke kami. Biarin aja di sana dulu, kalau belum butuh ngapain dipakai? Kami pakai secara bertahap sehingga menghemat biaya bunga,” jelasnya.
Seperti diketahui, Wijaya Karya merupakan kontraktor dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang merupakan milik PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Dalam KCIC, perseroan tergabung dengan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan saham 38 persen.
Adapun total dana yang dibutuhkan KCIC untuk membangung proyek Kereta Cepat tersebut hingga 2018 mencapai Rp70,83 triliun. Dari kebutuhan tersebut, fasilitas pinjaman KCIC mencapai Rp53,12 triliun, sementara sisanya dari dana internal.
Sementara penyertaan Wijaya Karya secara bertahap sesuai dengan progres pembangunan kereta cepat antara Jakarta dan Bandung akan dilakukan secara proporsional dengan pemegang saham lainnya di PSBI yang digunakan sebagai tambahan modal pada KCIC.
Dengan memperhatikan penyertaan Wijaya Karya adalah sebesar 38 persen dari bagian PSBI dalam KCIC, maka nilai transaksi atas penyertaan Perseroan pada PSBI yang dilakukan akan mencapai Rp4,03 triliun yang disetorkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan proyek.