KSSK Waspadai Risiko Internal dan Eksternal

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Minggu, 15 Mei 2016 13:45 WIB
Risiko global di antaranya kenaikan tingkat bunga acuan The Fed. Sedangkan dari sisi internal, ada risiko perlambatan pertumbuhan kredit domestik.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kedua kiri) bersama Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (kedua kanan), Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad (kiri), dan Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah (kanan) memberi keterangan pers usai rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (13/5). (Antara Foto/Rosa Panggabean)
Jakarta, CNN Indonesia -- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mewaspadai risiko internal dan eksternal yang bisa mengganggu sistem keuangan domestik meski kondisinya saat ini relatif terkendali.

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro selaku koordinator KSSK, menyatakan perekonomian Indonesia dalam tiga bulan terakhir berada dalam kondisi baik. Hal itu seiring dengan meredanya ketidakpastian perekonomian global dan mulai menggeliatnya perekonomian.

"Kami sudah lakukan assessment terhadap kondisi stabilitas sistem keuangan dalam tiga bulan terakhir dan intinya baik terkendali," tutur Bambang di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (13/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati demikian, lanjutnya, KSSK perlu tetap waspada dan mengantisipasi perkembangan perekonomian global dan internal. “Masing-masing (anggota KSSK) juga berpendapat selain kondisi relatif baik kami juga harus tetap waspadai risiko yang mungkin muncul,” ujar Bambang.

Di tempat yang sama, Ketua Dewan Komisaris OJK Muliaman D. Hadad mengungkapkan beberapa risiko yang harus diantisipasi. Risiko global diantaranya kenaikan tingkat bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve). Sementara, di sisi internal, ada risiko perlambatan pertumbuhan kredit domestik.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) dalam keterangan tertulisnya menyatakan indikasi perlambataan kredit pada kuartal I 2016 tercermin dari nilai Saldo Bersih (SBT) tertimbang, yang berdasarkan hasil survei perbankan hanya tumbuh sebesar 31,3 persen atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya.

BI memperkirakan perlambatan pertumbuhan kredit terjadi akibat masih rendahnya kebutuhan pembiayaan korporasi pada awal tahun dan kebijakan perbankan yang selektif guna menekan kenaikan risiko kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPL).

Namun demikian, Muliaman yakin pertumbuhan kredit akan mengalami kenaikan pada kuartal II hingga kuartal IV 2016. Selain itu, pelaku industri keuangan masih optimistis pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai 13 persen sesuai dengan yang dilaporkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB).

“Kami yakin akan ada recovery (permintaan kredit). Pertumbuhan ekonomi yang naik tahun ini tentunya akan meminta tambahan kredit yang lebih besar sehingga (pertumbuhan kredit) di triwulan II hingga IV saya yakin akan naik,” ujarnya.

Sebagai informasi, KSSK beranggotakan  Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER