Jakarta, CNN Indonesia -- Investor asing melepas obligasi negara sebesar Rp4,5 triliun sepanjang Mei 2016. Rencana Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuan disinyalir menjadi pemicu pelarian modal.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat kemilikan obligasi negara oleh investor asing per 17 Mei 2016 sebesar Rp621,7 triliun, turun dibandingkan dengan posisi akhir April yang mencapai Rp626,17 triliun.
Berdasarkan jenisnya, surat utang negara konvensional yang paling banyak dilepas oleh pemodal asing, yakni sebesar Rp4,68 triliun. Sementara untuk obligasi syariah atau sukuk yang diterbitkan pemerintah justru meningkat sebesar Rp220 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Schneider Siahaan, Direktur Strategi dan Portofolio Utang DJPPR menduga keluarnya modal asing dari pasar obligasi negara karena investor mengatisipasi hasil pertemuan para petinggi bank sentral Amerika Serikat (FOMC). Apabila melihat data ekonomi AS yang semakin membaik, Schneider memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan.
"Bisa jadi Juni suku bunga The Fed kembali naik," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (18/5).
Kendati demikian, Schneider menilai jumlahnya modal asing yang keluar (outflow) tidak terlalu signifkan sehingga belum berdampak pada meningkatnya tingkat imbal hasil (yield) surat utang negara (SBN).
"Sejauh ini yield SUN kita masih stabil," katanya.
Menilik data DJPPR, sejak akhir tahun lalu obligasi negara menjadi daya tarik bagi investor asing. Hal itu tercermin dari meningkatnya nominal obligasi negara yang dimiliki oleh asing hingga akhir bulan lalu. Pada akhir Desember 2015, jumlah kepemilikan obligasi negara oleh asing sebesar Rp558,52 triliun dan merangkak naik hingga menembus Rp626,17 triliun pda akhir April.
Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas menilai terputusnya tren positif kepemilikan obligasi negara oleh asing kemungkinan terkait dengan keputusan sejumlah manajer investasi besar untuk mengurangi porsi investasi ke negara-negara berkembang.
"Ada sedikit outflow karena
fund manager asing yang besar-besar agak mengurangi porsi (investasi) di
emerging market," tuturnya.
Dia mengatakan, investor asing tampaknya memilih untuk memonitor keadaan sambil menunggu hasil keputusan The Fed.