Fitch Pertahankan Peringkat Layak Investasi Utang Indonesia

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Selasa, 24 Mei 2016 09:25 WIB
Pertumbuhan ekonomi yang masih cukup kuat, dan rasio utang negara yang rendah menjadi pertimbangan Fitch mempertahankan peringkat.
Pertumbuhan ekonomi yang masih cukup kuat, dan rasio utang negara yang rendah menjadi pertimbangan Fitch mempertahankan peringkat layak investasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga pemeringkat kredit internasional, Fitch Ratings mempertahankan peringkat utang Indonesia pada level ‘BBB-‘ dengan prospek ‘stabil’.

Pertumbuhan ekonomi yang masih cukup kuat, membaiknya lingkungan bisnis, dan rasio utang negara yang rendah menjadi pertimbangan Fitch untuk mempertahankan peringkat layak investasi (investment grade) Indonesia.

"Dengan rata-rata pertumbuhan 5,6 persen selama 10 tahun terakhir, pertumbuhan PDB Indonesia relatif kuat dibandingkan dengan negara-negara peers dan itu mendukung profil kredit Indonesia," ujar Analis Fitch Thomas Rookmaaker melalui keterangan resmi, Senin (23/5) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fitch memperkirakan, pada tahun ini perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,1 persen dan meningkat menjadi 5,7 persen masing-masing pada 2017 dan 2018. Hal itu didukung oleh upaya pemerintah melakukan reformasi struktural dan meningkatkan belanja modal yang mulai berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Keduanya dianggap Fitch berkontribusi terhadap perubahan positif sentimen pasar yang menunjukkan optimisme Indonesia sebagai negara berkembang. Hal itu dapat diilustrasikan oleh pergerakan rupiah yang relatif stabil dalam beberapa bulan terakhir yang menguat sekitar 10 persen dibandingkan posisi September 2015.

Fitch menilai, reformasi struktural yang dilakukan pemerintah sejak September 2015 cukup signifikan memperbaiki iklim usaha. Namun, Indonesia masih menempati peringkat ke 109 dari 189 negara di dunia dalam hal kemudahaan berusaha (Ease of Doing Business) yang merupakan level terendah di antara negara-negara peers yang memperoleh peringkat kredit BBB.

Peringkat Ease of Doing Business Indonesia diharapkan meningkat sejalan dengan kebijakan deregulasi pemerintah. Selain itu, formulasi standar penetapan upah minimum yang dibarengi dengan relaksasi Daftar Negatif Investasi turut memperkuat iklim usaha menjadi lebih ramah terhadap investor.

"Namun, dampak reformasi struktural terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi di masa depan akan sangat tergantung pada pelaksanaannya, dan sejauh mana pemerintah konsisten dalam menciptakan iklim investasi yang ramah bagi investor," tutur Rookmaaker.

Asumsi makro lain yang juga jadi perhatian Fitch adalah laju inflasi yang terkendali pada kisaran target formal 3 persen sampai 5 persen pada November 2015, pasca berakhirnya dampak dari perubahan harga bahan bakar minyak (BBM). Penurunan inflasi berlanjut menjadi 3,6 persen pada April 2016 dari 6,8 persen pada tahun sebelumnya.

Dari sisi moneter, menyempitnya defisit neraca transaksi berjalan pada 2015 menjadi 2,1 persen dari 3,1 persen pada tahun sebelumnya memungkinkan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin sepanjang tahun ini. Cadangan devisa Indonesia juga tercatat naik pada April menjadi US$107,7 miliar.

Namun, Fitch menilai, Indonesia masih rentan terhadap perubahan sentimen pasar karena sebagian besar ekonominya bergantung pada ekspor komoditas. Karenanya, Fitch memprediksi, defisit transaksi berjalan Indonesia akan melebar dari 2,1 persen pada tahun lalu menjadi 2,6 persen pada 2016 dan 2,7 persen pada 2017.

"Lingkungan eksternal masih belum jelas dengan The Fed diperkirakan akan kembali memulai kenaikan suku bunga acuan dan risiko lainnya, termasuk perlambatan parah di China," kata Rootmaaker.

Berharap dari Tax Amnesty

Sementara itu, rasio utang pemerintah dinilai masih relatif rendah, yakni 26,8 persen dari PDB. Fitch meyakini, rasio utang tersebut tidak akan meningkat signifikan karena defisit APBN dibatasi maksimal 3 persen terhadap PDB, dan itu membantu Indonesia pada saat gejolak pasar.

"Fitch memperkirakan defisit fiskal sebesar 2,7 persen PDB pada tahun 2016. Namun, ruang fiskal untuk meningkatkan belanja modal publik terbatas, karena pendapatan pemerintah sangat rendah, yakni hanya 13 persen dari PDB," tulis Fitch.

Namun, ada potensi pendapatan negara yang tinggi jika kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) jadi terapkan pemerintah. Kebijakan amnesti pajak itu diyakini bakal menciptakan beberapa ruang fiskal.

Kemudian, risiko utang pemerintah terhadap tekanan ke sektor perbankan juga dinilai Fitch terbatas. Hal itu tercermin dari kesehatan perbankan yang cukup kuat, di mana kredit swasta hanya 39 persen dari PDB.

Namun, perlambatan ekonomi menekan kinerja perusahaan dan perbankan. Pelamahan ekonomi tak hanya membuat sektor swasta menunda belanja modal, tetapi juga meningkatkan kredit macet (NPL) perbankan. Pada Meret lalu, NPL bank umum tercatat sebesar 2,8 persen dari total aset, naik dari sebelumnya 1,8 persen pada akhir 2013. Kendati demikian, kecukupan modal perbankan dinilai masih cukup kuat. (bir)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER