Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berminat untuk menggarap bisnis hulu minyak dan gas (migas) di Iran guna menambah pasokan minyak nasional. Ketertarikan itu muncul setelah Pertamina memutuskan untuk menjajaki kerjasama impor
Liquified Petroleum Gas (LPG) dan minyak mentah dengan negara teluk Persia tersebut.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, perusahaan akan mengikuti lelang biasa demi mendapatkan blok kelolaan tersebut. Hal ini, tegasnya, bukanlah jasa imbal balik perusahaan atas rencana impor dari Iran.
Menurutnya, rencana ini berbeda dengan kerjasama hulu sebelumnya, seperti dengan OJSC Rosneft, yang memperbolehkan Pertamina mengambil bagian (
share) hulu migas di Rusia sebagai kesepakatan pembangunan kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, lanjut Dwi, ini juga berbeda dengan wacana penambahan blok kelolaan di Aljazair yang ditawarkan langsung oleh Pemerintah setempat melalui perusahaan pelat merahnya, Sonatrach.
"Ini kesempatan yang sangat bagus. Kami juga sampaikan keminatan untuk memiliki usaha hulu migas. Kami sekarang ikut tender dengan treatment tender biasa," ujar Dwi ditemui di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Senin (30/5).
Kendati demikian, ia belum berkomentar jauh terkait jumlah blok kelolaan dan investasi yang disiapkan perusahaan. Namun, ia memastikan kerjasama dengan Iran berjalan dengan sangat baik dalam menunjang suplai energi nasional.
"Seperti suplai LPG (dari Iran) itu kan lebih murah. Sedangkan harga
crude-nya juga sangat kompetitif," jelasnya singkat.
Sebagai informasi, blok-blok kelolaan luar negeri Pertamina telah berproduksi sebesar 85 ribu barel per hari (bph) sepanjang kuartal I tahun ini. Angka itu sekitar 81,73 persen dari target produksi luar negeri tahun ini yang sebesar 104 ribu bph.
Di samping itu, perusahaan juga berharap bisa meproduksi minyak sebesar 160 ribu bph dari aset-asetnya yang berada di Malaysia, Irak, dan Aljazair pada tahun 2019 mendatang.
(ags)