Indeks Diprediksi Menguat Ditopang Naiknya Harga Komoditas

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Senin, 13 Jun 2016 08:02 WIB
Naiknya harga komoditas dan kemungkinan the Fed menunda menaikkan suku bunga acuan jadi harapan utama naiknya indeks harga saham gabungan hari ini.
Naiknya harga komoditas dan kemungkinan the Fed menunda menaikkan suku bunga acuan jadi harapan utama naiknya indeks harga saham gabungan hari ini. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A).
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menguat hari ini, Senin (13/6). Hal itu karena naiknya harga komoditas dan potensi tertundanya kenaikan suku bunga acuan The Fed sehingga membuat IHSG memiliki harapan untuk menguat hari ini.

Analis Reliance Securities Lanjar Nafi menyatakan, mayoritas bursa Asia kembali terkoreksi pada akhir pekan kemarin. Salah satu faktor yang membuat laju pergerakan bursa Asia tertekan adalah harga minyak yang kembali melemah pada akhir pekan hingga 1,1 persen. Adapun, bursa Eropa terperosok cukup dalam dengan mayoritas bursa mendekati 2 persen.

Pada awal pekan ini, Lanjar memprediksi IHSG berada dalam rentang support 4.825 dan resisten 4.920.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun, IHSG pekan kemarin ditutup terkoresi 28,74 poin sebesar 0,59 persen di level 4.848. Nilai tukar rupiah melemah menjelang pertemuan The Fed pekan depan. Selain itu, investor cenderung melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah berhasil mencapai di atas level tertinggi satu tahun. Di mana investor domestik mendominasi aksi jual dan investor asing tercatat beli bersih (net buy) sebesar Rp 94,8 miliar.

Sementara itu, analis PT Asjaya Indosurya William Surya Wijaya memprediksi IHSG akan bergerak positif dengan rentang support 4.856 dan resisten 4.945. Menurutnya, tingginya arus modal asing menunjukkan IHSG dapat menembus level resisten 4.945.

Selain itu, kenaikan harga komoditas juga menunjang kenaikan IHSG hari ini, ditambah dengan potensi tertundanya kenaikan suku bunga acuan The Fed dan terapresiasinya nilai tukar rupiah.

“Di sisi lain juga hal tersebut ditunjang terapresiasinya rupiah walau kondisi jelang lebaran, di mana biasanya terdapat peningkatan kebutuhan valas,” kata William dalam riset, dikutip Senin (13/6). (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER