Jakarta, CNN Indonesia -- Volatilitas saham di bursa Amerika Serikat diprediksi meningkat dan akan mengalami tekanan hebat pada pekan ini, terkena sentimen rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
Rencananya, pemungutan suara akan dilangsungkan pada 23 Juni 2016, yang hasilnya dapat berimplikasi besar terhadap ekonomi global dan bursa saham AS.
Dikutip dari Reuters, Jumat akhir pekan ini bisa menjadi hari perdagangan tersibuk sepanjang tahun karena sebagai besar fund manager mencoba menyesuaikan posisi mereka untuk rebalancing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bursa saham AS terancam jatuh jika hasil referendum memenangkan kubu yang mendukung Brexit. Sebaliknya, jika hasil jajak pendapat mengharuskan Inggris tetap bergabung dalam Uni Eropa, maka akan terjadi rally yang cukp besar di bursa saham.
"Kami masih terjebak dalam gejolak ini," kata Jeff Morris, Kepala Ekuitas dari Standard Life Investments di Boston.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan kampanye 'Leave' sejauh ini memimpin dan ini telah membebani saham. Kampanye sempat ditunda setelah anggota parlemen Jo Cox, yang menolak Brexit, terbunuh.
Dari sudut pandang ekonomi, langkah Inggris untuk keluar dari Uni Eropa sejauh ini belum berpotensi mengganggu bursa saham AS. Namun, Eric Wiegand, manajer portofolio senior di Client Private Reserve AS Bank menilai, perlambatan pertumbuhan ekonomi turut membatasi pergerakan positif saham-saham emiten Paman Sam.
(ags/ags)