Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah satu bulan lamanya berpuasa, seluruh umat Muslim di berbagai penjuru dunia akan menyambut Idul Fitri. Tak ayal, kebanyakan masyarakat kota bergegas menuju kampung halaman untuk merayakan hari kemenangan bersama sanak saudara.
Jakarta salah satu kota yang ditinggalkan penghuninya. Kota yang nyaris tidak pernah tidur tersebut mendadak lengang dari lalu lalang kendaraan bermotor dan manusianya. Kondisi ini bahkan terjadi sejak H-7 atau tujuh hari jelang perayaan lebaran hingga sepekan usai lebaran nanti.
Namun, tidak sedikit pula penghuni ibukota yang memilih untuk menikmati Jakarta. Kinanti (28 tahun), salah satunya. Pegawai bank swasta nomor wahid ini lebih memilih menghabiskan waktu jelang lebaran dengan cuci mata di pusat-pusat perbelanjaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak mudik tahun ini. Jadi, sebelum lebaran, jalan-jalan saja ke mal untuk cari baju lebaran dan berbuka puasa bersama suami," ujar perempuan asli Yogyakarta itu ketika ditemui CNNIndonesia.com di sebuah mal di Kuningan, Jakarta Selatan.
Menurut Kinanti, memanfaatkan momentum "Jakarta sepi penghuni" membawa berkah tersendiri. Seperti, kondisi jalan yang relatif sepi, berburu produk ritel di toko-toko yang menawarkan potongan harga atau cuci gudang.
"Kalau beli baju saat dekat lebaran, saya merasa potongan harganya semakin besar. Jadi, lebih untung. Kalau masalah model dan pasokan, saya kira, masih cukup banyak pilihan," imbuh dia.
Selain itu, dari sisi pembayaran, lanjut dia, tak jarang beberapa penerbit kartu kredit menawarkan promo cicilan nol persen atau skema cicilan ringan. Pun demikian, ia mengaku lebih memilih menggunakan kemudahan pembayaran lewat kartu debit.
Senada dengan Kinanti, Taufan (43 tahun) juga ikut meramaikan mal untuk berburu makanan pembuka puasa. Ia mengajak serta keluarganya untuk menyantap hidangan puasa di luar rumah. "Kalau kerja, saya jarang buka puasa bersama keluarga. Jadi, saya manfaatkan waktu libur ini," tutur marketing perusahaan swasta tersebut.
Sri Wahyuni (36 tahun) punya pengalaman berbeda. Warga asli Jakarta itu mengaku tidak memiliki kampung halaman, sehingga memilih untuk menghabiskan libur lebaran di ibukota. Lagipula, katanya, berlibur di saat kebanyakan orang menikmati hari libur mereka membuat harga akomodasi menjadi lebih mahal.
"Saya liburan juga. Tetapi, di Jakarta saja, keliling mal. Saya tetap bisa melakukan banyak aktivitas di mal, seperti belanja, makan, nonton bioskop. Jakarta mungkin sepi ya, tetapi mal mana di Jakarta yang sepi? Semuanya ramai," katanya ketika ditemui di Kota Kasablanka.
Cuan Riteler MelambungKendati sepi penghuni, mal-mal di Jakarta selalu banjir pengunjung. Berbagai tawaran diberikan untuk menarik masyarakat singgah. Mulai dari guntingan harga, hingga pesta diskon tengah malam. Walhasil, cuan riteler ikut melambung.
Fetty Kwartati, Sekretaris Perusahaan PT Mitra Adiperkasa Tbk mengungkapkan, keuntungan perusahaan kian meningkat saat bulan ramadan hingga jelang lebaran.
"Keuntungan kami naik selama ramadan jika dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Sejak ramadan hingga jelang lebaran, keuntungan kami naik sekitar 15 persen sampai 20 persen di semua store kami," jelas Fetty kepada CNNIndonesia.com, Selasa (5/7).
Tambahan pada pundi penghasilan perusahaan ini, menurut Fetty, berhasil didapat dari penjualan berbagai jenis barang, di mana penjualan pakaian dan sepatu yang paling tinggi kenaikannya. Diikuti oleh penjualan groseri di supermarket, dan bingkisan.
Adapun, transaksi pembayaran yang paling banyak digunakan, sambung dia, menggunakan kemudahan kartu kredit dari bank guna membayar pembeliannya. "Sebanyak 55 persen pembayaran menggunakan kartu kredit dan 45 persen lainnya gabungan dari kartu debit dan transaksi tunai," pungkasnya.
(bir)