IHSG Diprediksi Lanjutkan Penguatan

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Rabu, 20 Jul 2016 08:10 WIB
IHSG diprediksi akan bergerak pada rentang 5.111 - 5.215.
Pialang memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Senin (29/2). (Antara Foto/Sigid Kurniawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat sejalan dengan arus modal asing (capital inflow) yang masih berlanjut pada perdagangan kemarin. Meski diprediksi menguat, aksi ambil untung (profit taking) patut diwaspadai pada perdagangan hari ini, Rabu (20/7).

Analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya memprediksi IHSG akan bergerak pada rentang 5.111 - 5.215.

"Potensi pergerakan masih menunjukkan kekuatan naik yang cukup besar ditunjang oleh arus modal asing yang masih terus berlangsung dan jelang rilis BI rate yang merupakan salah satu data perekonomian akan turut mewarnai pola gerak pasar," terang William dalam risetnya, dikutip Rabu (20/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, analis Reliance Securities Lanjar Nafi memprediksi pergerakan indeks akan cenderung terbatas pad akisaran 5.110-5.200. Pasalnya, perdagangan hari ini rawan diawwarnai oleh aksi ambil untung.

Adapun, IHSG kemarin ditutup menguat 45,33 poin atau 0,88 persen ke level 5.172. Investor asing pun masih terlihat melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp802 miliar sejak rupiah terkendali pada level Rp13 ribu.

Sementara, bursa Asia ditutup variatif dengan penguatan masih dipimpin oleh bursa saham epang dan pelemahan dialami oleh bursa saham China. Dampak kenaikan harga rumah di China membuat sentimen negatif pada ekuitas. Pasalnya, investor khawatir adanya aksi jual setelah indeks mengalami penguatan cukup signifikan dan berpindah pada investasi properti.

Adapun, bursa Eropa mengalami pelemahan yang dipimpin oleh perusahaan pertambangan. Di mana data produksi barang tambang naik lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya. Kemudian, aksi ambil untung juga turut mewarnai bursa Eropa karena dipengaruhi data sektor konstruksi di Eropa yang turun dengan survei sentimen ekonomi yang minus.

"Sentimen selanjutnya akan ada data indeks harga produksi di Jerman dan tingkat kepercayaan konsumen di Eropa," papar Lanjar dalam risetnya.

(ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER