Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik yang mulai menggerus surplus neraca perdagangan Indonesia.
Meskipun selisih ekspor dan impor Juli masih positif, namun bank sentral merasa perlu mendorong kegiatan ekonomi domestik berjalan dengan baik mengingat surplus Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) semakin menipis.
Sebagai informasi, NPI kembali mencatat surplus pada Juli 2016 sebesar US$0,6 miliar. Namun, nilainya lebih rendah ketimbang surplus bulan sebelumnya yang mencapai US$0,88 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tirta Segara, Kepala Departemen Komunikasi BI dalam keterangan tertulis, Senin (15/8) menerangkan surplus NPI yang lebih rendah disebabkan oleh menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Meskipun, defisit neraca perdagangan migas mengalami perbaikan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan nonmigas pada bulan lalu mengalami surplus sebesar US$1,07 miliar, lebih rendah dibandingkan surplus Juni yang mencapai US$1,46 miiar.
Menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas selaras dengan kinerja ekspor nonmigas, yang minus sebesar US$3,27 miliar.
“Penurunan ekspor nonmigas terutama dipengaruhi oleh penurunan ekspor mesin dan peralatan listrik, perhiasan dan permata, mesin dan pesawat mekanik, pakaian jadi bukan rajutan, serta bijih, kerak, dan abu logam,” jelas Tirta.
Untuk impor nonmigas, BI menilai penurunannya lebih banyak pada impor mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, plastik dan barang plastik, besi dan baja, serta bahan kimia organik.
Sementara di sektor migas, defisit neraca perdagangannya berkurang, dari US$0,58 miliar pada Juni 2016 menjadi US$0,48 miliar pada Juli 2016. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan impor migas, terutama impor hasil minyak dan gas alam.
(ags/gen)