Jakarta, CNN Indonesia -- PT Fortis Asia Futures mempertanyakan kesiapan dari bursa berjangka untuk bersaing dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam menampung dana repatriasi amnesti pajak.
"Apakah bursa berjangka siap bersaing dengan BEI? Karena apa? Saat ini masyarakat Indonesia lebih mengenal BEI atau pasar modal dibandingkan bursa berjangka," ujar Direktur Utama Fortis Asia Futures Christian Andre kepada CNNIndonesia.com, kemarin.
Menurutnya, masyarakat Indonesia saat ini lebih mengenal produk-produk investasi yang dikeluarkan oleh pasar modal, misalnya saham dan obligasi. Selain pasar modal, masyarakat juga dinilai akrab dengan produk investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan manajer investasi (MI), misalnya reksa dana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, produk investasi yang dikeluarkan perusahaan berjangka sendiri merupakan produk komoditas, seperti emas, minyak, perak, kopi, cokelat, dan lain-lain.
"Produk pasar modal, termasuk produk perusahaan MI lebih dikenal dibandingkan pasar komoditas,” imbuhnya.
Seperti diketahui, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menerbitkan aturan baru terkait perubahan instrumen investasi yang dapat menampung dana repatriasi amnesti pajak dalam pasal 6 ayat 2 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 123/PMK. 08/2016.
PMK itu menambahkan satu instrumen yang dapat menampung dana repatriasi amnesti pajak, yaitu kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa berjangka di Indonesia. Nantinya, penempatan pada instrumen investasi sebagaimana dimaksud dilakukan melalui
gateway (lembaga keuangan yang ditunjuk).
Kendati PMK tersebut sudah turun, tetapi Christian mengaku pihaknya belum mendapat sosialisasi dari bursa berjangka mengenai hal tersebut. Namun, ia menyambut gembira peraturan itu meski masih belum yakin dengan persaingan antara bursa berjangka dengan BEI.
Maka dari itu, sosialisasi dan edukasi ke calon nasabah menjadi tanggung jawab bersama antara pihak bursa dan perusahaan berjangka.
Sementara, khusus Fortis Asia sendiri akan terus melakukan edukasi kepada calon nasabah agar yakin berinvestasi di bursa berjangka.
Sosialisasi yang akan dilakukan misalnya mengadakan pertemuan dengan komunitas yang ada. Kemudian mengadakan
roadshow ke kampus, dan mendirikan pusat studi berjangka di kampus dengan harapan mahasiswa sebagai generasi muda mengerti tentang instrumen di pasar komoditi atau berjangka ini selain pasar modal.
“Selain itu, mungkin kami akan memanggil perwakilan dari bursa dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) untuk bersama-sama mengedukasi masyarakat sehingga calon nasabah lebih yakin dan percaya bahwa investasinya tepat," ungkapnya.
Fortis Asia rencananya juga akan menggandeng beberapa rekan konsultan pajak untuk ikut berkolaborasi dalam mensosialisasikan kebijakan amnesti pajak secara lebih detil, sehingga banyak Wajib Pajak (WP) yang melirik untuk berinvestasi di pasar komoditi.
Perusahaan ini menargetkan total transaksi 10 ribu lot hingga akhir tahun, di luar dari target transaksi dari masuknya dana repatriasi amnesti pajak. Perusahaan belum dapat menargetkan penambahan total transaksi yang akan diraih dari kebijakan amnesti pajak karena masih menunggu keputusan bursa berjangka mengenai produk investasi apa yang dapat dijual dan yang tidak boleh dijual.
“Produk bursa berjangka ada dua jenis, yaitu multilateral produk dan bilateral produk. Apabila Bappebti sebagai regulator memutuskan hanya produk multilateral yang boleh untuk dana repatriasi, maka kami harus lihat persiapan dari bursa juga apakah produk multilateralnya sudah siap untuk calon nasabah seperti likuiditasnya,” paparnya.
Sementara itu, hingga semester I 2016 total transaksi perusahaan mengalami pertumbuhan 10 persen menjadi 7.565 lot dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 6.645 lot.
Christian menyatakan, selama tiga tahun terakhir jumlah transaksi pada perusahaan berjangka tidak naik secara signifikan atau cenderung stagnan karena harga komoditas yang cenderung turun.
Kondisi ini membuat banyak investor yang bersikap menunggu. Adapun, untuk jumlah akun yang aktif saat ini sekitar 5 ribu. Perusahaan menargetkan ada penambahan jumlah akun hingga akhir tahun mencapai 6 ribu - 6.500.