Bos Sritex Ungkap Potensi Konflik Dalam Perusahaan Keluarga

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Kamis, 25 Agu 2016 07:12 WIB
Di Indonesia sudah banyak konflik antar saudara dalam menjalankan bisnis, yang pada akhirnya memecah entitas bisnis keluarga tersebut.
Jajaran Direksi PT Sri Rejeki Isman Tbk usai paparan publik di Ballroom Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta. Senin 29 Juni 2015. (CNN Indonesia/Giras Pasopati).
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) Iwan Kurniawan menyatakan siap bergabung dalam sinergi perusahaan-perusahaan keluarga melalui wadah Indonesia Inc yang digagas oleh Indonesia Brand Forum (IBF). Meski demikian, ia mengungkapkan sejumlah risiko yang kemungkinan timbul dalam sinergi tersebut.

Iwan menuturkan, dalam satu entitas bisnis keluarga sendiri rawan terjadinya konflik. Ia menyebut sudah banyak konflik antar saudara dalam menjalankan bisnis, yang pada akhirnya memecah entitas bisnis tersebut sehingga jalan sendiri-sendiri.

“Komunikasi menjadi hal yang penting dalam bisnis keluarga, karena rentan akan konflik. Makanya tidak heran kalau komunikasi tidak dijaga, akan timbul pertengkaran,” jelas Iwan, Rabu (24/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika risiko perbedaan pandangan dan visi dalam menjalankan bisnis antar anggota keluarga tidak dikelola dengan baik, hal itu menurutnya akan menghambat laju dari perusahaan keluarga itu sendiri.

Selain risiko tersebut, Iwan menyebut tantangan lain dalam menjalankan bisnis keluarga hasil rintisan generasi pertama adalah tidak ada lagi figur pemimpin yang dinilai cakap menjalankan perusahaan. Jika sudah demikian, kadang pilihan yang muncul adalah menyewa seorang profesional untuk menjalankan perusahaan tersebut dengan menjadikannya direksi.

“Tetapi pilihan ini juga riskan. Karena kalau dijalankan oleh selain keluarga, maka besar kemungkinan nilai-nilai keluarga dalam perusahaan itu akan hilang,” katanya.

Oleh sebab itu, regenerasi jiwa wirausaha harus dikembangkan secara turun temurun sehingga perusahaan tetap dikelola oleh keturunan dari pendiri perusahaan.

“Namun, kami juga tidak menutup masukan dari pihak lain, jadi selain keluarga kami juga harus dengarkan apa yang pihak lain bicarakan ke kami,” ujarnya.

Program Director IBF Yuswohady menegaskan, wacana Indonesia Inc yang digagas IBF tidak akan mengundang konflik yang biasanya terjadi dalam perusahaan keluarga. Hal ini karena jika antar perusahaan keluarga sudah berkolaborasi, nantinya bukan lagi perusahaan keluarga atau kekeluargaan, tetapi profesional.

“Kalau sudah berkolaborasi bukan lagi bisnis keluarga, jadinya hubungan profesional,” ujar Yuswohady.

Bryan Tilaar, Direktur Martha Tilaar Group ikut mendukung konsep Indonesia Inc jika kolaborasi antar perusahaan keluarga dijalankan layaknya suatu kerjasama operasional. Kerjasama tersebut mensyaratkan dijalankannya bisnis secara bersama dan profesional.

“Kalau itu kolaborasi manajemen, jadi misalnya joint operasional-nya. Ya itu akan tercipta hubungan yang profesional, itu akan membantu kinerja perusahaan, bukan konflik,” pungkas Brian. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER