Jakarta, CNN Indonesia -- Saham-saham emiten sektor pertambangan mencatatkan kinerja terbaik di pasar modal nasional pekan ini, seiring dengan naiknya harga nikel dan timah. Sepanjang perdagangan lima hari terakhir, hanya saham sektor tambang yang naik, yakni 0,23 persen.
Sementara, indeks sektoral lainnya mengalami penurunan. Indeks saham sektor agrikultur turun 1,81 persen, industri dasar minus 1,79 persen, aneka industri terkoreksi 2,61 persen, barang konsumsi melemah 1,31 persen, properti negatif 2,12 persen, infrastruktur minus 2,72 persen, finansial terdepresiasi 1,52 persen, perdagangan turun 0,23 persen, dan manufaktur minus 1,63 persen.
Kepala Riset Bahana Securities Harry Su mengatakan, kenaikan indeks sektoral tambang disebabkan harga nikel dan timah sudah cukup baik. Selain itu permintaan tambang dari China cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Jadi kemungkinan karena itu, apalagi kan sektor ini minggu kemarin melemah jadi sekarang orang ambil kesempatan untuk masuk, itu mungkin supportnya juga,” kata Harry Su, Jumat (2/9).
Kemudian Lucky Bayu, analis Danareksa Sekuritas menjelaskan pelemahan indeks sektoral selain tambang akibat imbas dari kekhawatiran pasar akan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS). Sentimen The Fed tersebut yang membuat pergerakan IHSG cenderung terbatas sehingga secara otomotis mempengaruhi transaksi.
“Sentimen The Fed ini mempengaruhi jumlah transaksi, sehingga sektor lainnya mengalami pelemahan,” ujar Lucky Bayu.
Tak hanya itu, lanjutnya, belum adanya sentimen positif yang menopang laju IHSG juga mempengaruhi melemahnya pergerakan saham pada indeks sektoral lainnya.
“Jadi tambang saja yang masih diapresiasi,” imbuhnya.
Untuk minggu depan, Lucky Bayu memprediksi sektor barang konsumsi akan melaju didukung oleh penurunan suku bunga dan berbagai kebijakan pemerintah seperti seven days repo rate, sehingga daya beli masyarakat akan bertambah.
“Misalnya saja saham-saham Indofood dan Ramayana,” pungkasnya.
(ags)