Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menyatakan, harga timah dunia mulai mengikuti acuan dari bursa berjangka di dalam negeri, dalam hal ini Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX).
Kepala Bappebti Bachrul Chairi mengatakan, dalam menentukan harga komoditas timah, London Metal Exchange (LME) atau bursa berjangka di London dan The Kuala Lumpur Tin Market (KLTM) atau bursa berjangka di Malaysia sudah mengikuti harga timah yang ditentukan oleh ICDX.
Ia menjelaskan, perubahan harga tersebut karena Indonesia menjadi salah satu penyedia (
supplier) komoditas timah terbesar. Sementara, bursa berjangka di London bukan merupakan negara produsen timah, maka secara tidak langsung bisa kehabisan stok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Mereka memang memiliki stok di sana, tapi kan bukan memproduksi. Jadi lama-lama juga akan habis,” ungkap Bachrul di Bali, Senin (19/9).
Bachrul menjelaskan, hal ini dimulai sejak 2013, di mana ICDX mulai mengembangkan komoditas tersebut menjadi produk yang bisa diperdagangkan di bursa berjangka di Indonesia.
Namun, Bachrul belum bisa memastikan Indonesia menjadi patokan harga komoditas timah di dunia. Hanya saja yang pasti, lanjutnya, LME dan KLTM terlihat mulai menjadikan Indonesia sebagai referensi harga komoditas timah.
“Kami belum bisa mengklaim, paling tidak sekarang pergerakan ICDX ini sudah mayoritas diikuti oeh LME," ujarnya.
"Artinya adalah posisi dari pembentukan harga karena kami adalah
supplier dunia sudah beralih, kami memenuhi kontribusi dunia. Jadi Indonesia memenuhi kontribusi terhadap dunia. Pokoknya, kalau kami lihat, harga-harga kami justru di atas sekarang, dulu dibawah LME. Sejak 2013 itu sudah terbalik,” paparnya.
Menurut Bachrul, harga timah pada 2013 masih berada di level US$15.000-US$16.100 per metrik ton. Namun, pada Agustus lalu naik menjadi rata-rata sekitar US$18.000 per metrik ton. Namun saat ini sudah naik menjadi sekitar US$18.000-US$19.000 per metrik ton.
Hingga saat ini, negara impor timah batangan terbesar di dunia, yakni Singapura, kemudian diikuti oleh Belanda, India, Jepang, dan Taiwan. Sementara, lima negara impor timah batangan dari Indonesia, yakni Singapura, Netherlands, India, Taiwan, dan Jepang.
Adapun, untuk negara ekspor terbesar timah yakni Indonesia, kemudian diikuti oleh Malaysia, Singapura, Peru, dan Bolvia. Sedangkan untuk negara yang menggunakan timah terbesar yakni China, kemudian diikuti oleh Amerika Serikat (AS), Jepang, Jerman, dan Korea.