Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga konsultan properti, Jones Lang LaSalle (JLL) memprediksi tingkat okupansi perkantoran yang saat ini lesu akan membaik pada tahun 2020. Hal ini karena dibutuhkan waktu yang panjang atau setidaknya empat tahun dalam menyerap jumlah penawaran kantor yang tersedia.
Kepala Riset JLL James Taylor menyatakan, hingga saat ini jumlah penawaran kantor yang tersedia di kawasan Central Business District (CBD) yakni 5,3 juta per meter persegi. Sementara, permintaan perkantoran sejak awal tahun hingga saat ini hanya 50 ribu per meter persegi.
Adapun, jika dirinci jumlah penawaran perkantoran sejak awal tahun hingga kuartal III ini bertambah 400 ribu per meter persegi. Dengan demikian, JLL mencatat jumlah okupansi pada kuartal III sebesar 84 persen. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan okupansi sepanjang tahun 2015, yakni hampir 90 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tren yang terjadi di pasar perkantoran ini terjadi aktivitas yang cukup menggembirakan, kami lihat aktivitas pasar sudah mulai bergerak sebenarnya tapi tak bisa kami pungkiri okupansi akan tetap tertekan ke depan," ungkap James, Rabu (5/10).
Lebih lanjut ia menjelaskan, permintaan sepanjang tahun 2015 tidak menyentuh 50 ribu meter persegi. Pertumbuhan permintaan ini ditunjang oleh bisnis sektor e-commerce, jasa dan layanan, dan perbankan atau keuangan, sedangkan sektor pertambangan membuat okupansi menurun.
"Perusahaan pertambangan memang sedang menurun, jadi banyak mempengaruhi perkantoran di TB Simatupang," imbuhnya.
Dengan demikian, penurunan tersebut mempengaruhi permintaan perkantoran di kawasan non-CBD menurun jika dibandingkan kuartal II 2016 menjadi 10 ribu per meter persegi dari periode sebelumnya yang hampir menyentuh 50 ribu meter persegi.
"Secara year to date permintaan menyentuh 71 ribu meter persegi," jelasnya.
Dengan demikian, JLL mencatat tingkat okupansi perkantoran di kawasan non-CBD sebesar 79 persen, sedangkan sepanjang tahun 2015 tingkat okupansi hampir 85 persen. Hingga saat ini, jumlah penawaran perkantoran non-CBD yakni 2,4 juta meter persegi.
Namun, jauhnya angka permintaan dan penawaran ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang ingin menaikkan level perkantorannya dari kelas B ke kelas A, atau dari kelas C ke kelas B.
Di mana kelas premium di kawasan CBD rata-rata harga hampir Rp400.000 per meter per segi, sedangkan kelas A sekitar Rp350.000 per meter persegi, kelas B sekitar Rp150.000 per meter persegi, dan kelas C sekitar Rp100.000 per meter persegi.
"Mereka memanfaatkan harga sewa yang turun, ini positif untuk yang mau memperbaharui atau
upgrade. Dengan penawaran yang banyak, maka
tenant memiliki banyak pilihan," jelasnya.
(gir)