Ekonomi dan Impor Lesu, Transaksi Valas Anjlok Signifikan

Safyra Primadhita | CNN Indonesia
Jumat, 07 Okt 2016 21:05 WIB
Transaksi penggunaan valas turun sejak 2014, dari rata-rata US$7-8 per bulan menjadi sekitar US$2,5 miliar per bulan pada tahun ini.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara saat memberikan keterangan terkait penetapan BI rate, seusai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI). (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mencatat penurunan transaksi penggunaan valuta asing di Indonesia dalam jumlah signifikan dalam dua tahun terakhir. Pelemahan kinerja impor yang membayangi perlambatan ekonomi menjadi penyebab turunnya permintaan mata uang asing di dalam negeri.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan rata-rata transaksi pembelian valas di dalam negeri pada 2014 berkisar US$7-8 miliar per bulan. Nilainya menyusut signifikan menjadi hanya sekitar US$2,5 miliar per bulan sepanjang tahun ini.

Ada sejumlah faktor yang menurut Mirza menekan penggunaan valas di dalam negeri. Pertama, turunnya aktivitas impor karena belum pulihnya perekonomian menjadikan simpanan maupun kredit bank dalam denominasi valas berkurang. Selain itu, lanjutnya, aturan BI yang mewajibkan penggunaan rupiah dalam transaksi keuangan di dalam negeri juga turut mengurangi kebutuhan pelaku usaha akan valas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Impor kan memang aktivitasnya turun, 2016 turun, sehingga kebutuhan debitur untuk membayar impor dengan valas kan juga turun, kredit valasnya turun,” tutur Mirza di Kantor Pusat BI, Jumat (7/10).

Sebelumnya, Juni 2016, Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI.

“Kalau dulu mereka (pelaku usaha) harus mempunyai deposito valas atau mereka ambil kredit valas untuk membayar transaksi itu maka dengan adanya kewajiban membayar dengan rupiah, mereka tidak memerlukan harus deposit valas dan tidak perlu juga ambil kredit valas ,”ujarnya.

Sebagai informasi, BI mencatat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk valas turun sebesar 9,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Juli lalu. Sementara, DPK dalam bentuk rupiah masih bisa tumbuh mencapai 9,8 persen (yoy).

Di sisi permintaan kredit, pinjaman valas pada bulan yang sama juga turun 9,23 persen (yoy), dari Rp651,96 triliun menjadi Rp593,61 triliun (yoy). Sedangkan, penyaluran kredit rupiah pada bulan ketujuh masih tumbuh 11,21 persen secara tahunan, dari Rp3.181,77 triliun menjadi Rp3.538,71 triliun.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Agustus 2016 mencapai US$12,34 miliar turun 0,49 persen jika dibandingkan capaian bulan yang sama tahun lalu. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER