Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia merupakan salah satu produsen timah terbesar di dunia. Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) menyebut, produksi dalam negeri sepanjang tahun 2015 mencapai 70.000 ton, produsen kedua terbesar setelah China.
Sementara, International Tin Research Institute (ITRI) yang bermarkas di London mengganjar PT Timah (Persero) Tbk sebagai perusahaan produsen timah ketiga terbesar di dunia, setelah Yunnan Tin dari China dan Malaysia Smelting Corp.
Menariknya, hingga saat ini harga acuan komoditas penting untuk merangkai alat elektronik tersebut masih berasal dari London Metal Exchange di Inggris, negara yang memiliki tambang timah, tetapi hanya dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha untuk membuat harga timah Indonesia menjadi acuan dunia pun terus dilakukan, salah satunya oleh Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia atau yang dikenal sebagai Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX).
CNNIndonesia.com berkesempatan mewawancarai Megain Widjaja, Direktur Utama ICDX di kantornya, pada awal September lalu. Berikut petikan wawancaranya:
Apa saja yang sudah Anda lakukan selama hampir tujuh tahun memimpin ICDX?Menginjak 7 tahun ICDX berkiprah di bursa berjangka Indonesia kami cukup bangga, karena kami sudah masuk dalam ranking 51 di bursa terbesar di dunia. Kami terus menyusun strategi-strategi ke depan. Apa saja yang harus kami lakukan, dan juga melihat apa saja yang harus diimplementasikan agar ICDX bisa bersaing di kancah global.
Anda tertarik untuk ikut membangun pusat studi dalam menyosialisasikan investasi bursa berjangka. Bagaimana kelanjutannya? Pusat studi adalah sebuah
tools, sebuah alat yang digunakan untuk meningkatkan awareness untuk meningkatkan edukasi daripada pelaku pasar.
Kami melihat untuk Indonesia, penetrasinya sangat rendah sekali jika dibandingkan dengan pasar modal. Jadi ini merupakan tugas kami bersama-sama, tidak hanya ICDX, tapi kami juga melihat ini merupakan sebuah strategi yang harus dilakukan secara sustainable hingga tahun-tahun ke depan.
Nah, mungkin yang menjadi
challenge dari pusat studi ini adalah melihat bahwa ternyata semakin banyak
demographic profile yang berbeda-beda. Dan konsumsi media mereka pun semakin berbeda dengan 10 tahun yang lalu.
Jadi kami harus mengantisipasi pergerakan bagaimana cara meng-arrange secara lebih baik lagi. Kan orang-orang bilang pusat studi bentuknya fisik. Bisa juga berbentuk maya, virtual, jadi kita melihat trennya menuju ke sana. Membentuk sebuah kajian bagaimana kita bisa mendapatkan impact yang sama dengan lembaga pusat studi dengan terobosan-terobosan.
Selama ini hambatannya dalam melakukan sosialisasi apa?Hambatannya adalah level pada
knowledge dari masyarakat. Jadi ketika berbicara saat forum, level knowledge pelaku pasar berbeda-beda sehingga ketika kami berbicara tentang hal-hal teknis, ada satu yang didapat, tapi ada beberapa yang tidak dapat juga.
Jadi kami harus bener-bener mengetahui target audiens yang kita berbicara dengan bersama-sama ini udah sejauh mana. Jadi kami harus bagi kelasnya, jadi memang harus bersama-sama melihat level
knowledge mereka di mana. Misalnya untuk anak kuliahan dasar bursa berjangka, untuk investor dari
angle berbeda.
Kalau dari ICDX sendiri, produk yang menarik adalah kontrak timah. Bagaimana progres sejauh ini?Timah untuk Indonesia adalah strategis, di mana Indonesia adalah produsen kedua terbesar di dunia. Kita juga merupakan eksportir kedua di dunia setelah pangsa pasar kita mencapai 40 persen.
Untuk produk timah sudah menjadi primadona dan kalau misalnya dilihat data harga timah, sudah naik 27 persen dimulai awal tahun ini. Ini
best performance.
Adakah kerja sama dengan pemerintah terkait hal ini?Pemerintahan Joko Widodo ini kalkulatif. Dia tau apa yang dia mau. Apapun itu kami dukung apa yang dilakukan para menteri ekonomi. Seperti contoh, kami akan berpartisipasi aktif dalam skema baru Pusat Logistik Berikat (PLB).
PLB itu ketika pertama kali diluncurkan, konsepnya adalah bagaimna caranya supaya raw material yang diparkir di luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura, dapat dipindah ke sini.
Kami melihat,
there’s an opportunity untuk ICDX. Karena di luar negeri ada sebuah skema dan timah kita diparkir di Singapura. Kenapa enggak parkir di sini aja?
Makanya kami minta ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Kami bilang, “Pak kalau PLB bisa untuk impor, kenapa enggak bisa untuk ekspor bursa pak?”. Nah hal tersebut ditanggapi dan juga kementerian terkait dan mereka mendukung penuh untuk ekspor melalui PLB.
Indonesia ini saya lihat sudah semakin progresif, semakin maju. Dan mereka tidak mau ketinggalan, dan ini spirit yang kita tangkap bersama-sama. Mengembalikan kedaultan Indonesia ke bumi pertiwi kita sendiri.
Nantinya di mana letak PLB timah tersebut?Rencananya ada Pulau Bangka dan Jakarta, Marunda. Kami sudah dalam tahap finalisasi dan akan diresmikan Presiden Jokowi pada 19-21 Oktober. Jadi kami hanya dapat izinnya, operator nanti akan ditunjuk.