Hingga Kuartal III, Marketing Sales Properti Masih Loyo

CNN Indonesia
Kamis, 13 Okt 2016 08:46 WIB
Pendapatan pra penjualan beberapa perusahaan properti per akhir September ini secara rerata hanya mampu memenuhi 48 persen dari target sepanjang tahun 2016.
Pendapatan pra penjualan beberapa perusahaan properti per akhir September ini secara rerata hanya mampu memenuhi 48 persen dari target sepanjang tahun 2016. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pencapaian pendapatan pra penjualan (marketing sales) beberapa perusahaan properti per akhir September ini secara rerata hanya mampu memenuhi 48 persen dari target sepanjang tahun 2016.

Menurut analis Mandiri Sekuritas Liliana S Bambang, hanya ada lima perusahaan properti yang diprediksi mampu melebihi setengah dari target marketing sales tahun ini. Perusahaan yang paling mendekati target yakni PT Jaya Real Property Tbk (JRPT) yang telah memenuhi Rp1,68 triliun atau 70 persen dari target marketing sales Rp2,42 triliun.

Proyek teranyar dari Jaya Real Property adalah pembangunan rumah susun milik (rusunami) yang diperuntukkan bagi masyarakat berpengahasilan rendah (MBR) di Tangerang Selatan. Di mana dalam tahap pertama, perusahaan akan membangun gedung pertama dengan jumlah 600 unit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Emiten selanjutnya yakni PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang berhasil mengantongi marketing sales sebesar Rp2,26 triliun atau 65 persen dari target Rp3,5 triliun. Summarecon saat ini tengah mengembangkan empat proyek kota mandiri, yaitu Summarecon Serpong, Summarecon Bekasi, Summarecon Bandung, dan Summarecon Karawang.

Selain itu, Summarecon juga mengembangkan proyek di Jimbaran, Bali Selatan yang memiliki konsep lifestyle village. Asal tahu saja, ini pertama kalinya perusahaan mengembangkan proyek di luar Pulau Jawa. Nantinya, proyek yang dinamakan Samasta Lifestyle ini akan dibangun diatas lahan seluas 3,3 hektare (ha).

Untuk marketing sales PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) mencapai 1,93 triliun atau 63 persen dari target Rp3 triliun. Salah satu proyek Ciputra Surya yakni small office home office kedua di Ciputra World Surabaya. Di mana dalam proyek tersebut terdiri dari 320 unit dan ditargetkan serah terima dapat dilakukan pada 2020 mendatang.

Sementara, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) meraih 56 persen atau Rp1,72 triliun dari target Rp6,86 triliun. Saat ini Pakuwon Jati tengah membangun gedung perkantoran di Kota Kasablanka untuk dijual seluas 49.000 meter persegi dan untuk disewa seluas 33.000 meter persegi.

Kemudian, PT Bumi Serpong Damai (BSDE) Tbk mendapatkan marketing sales sebesar Rp3,92 triliun atau memenuhi 57 persen dari target Rp6,86 triliun hingga kuartal III ini. Rencananya, Bumi Serpong akan merilis dua apartemen mewah di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat akhir tahun ini demi memanfaatkan momentum program amnesti pajak. Selain itu, perusahaan juga akan terus mengembangkan kompleks perumahan di BSD City hingga selesai.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menuturkan, ada beberapa hal yang membuat properti masih melambat hingga kuartal III 2016 ini. Salah satunya yakni, belum kembalinya investor properti untuk belanja properti lagi. Hal ini karena ada dua jenis pembeli dalam properti, yakni orang yang ingin menggunakan properti tersebut dan orang yang hanya ingin berinvestasi.

"Nah yang belum kembali yang untuk investasi. Walaupun sudah banyak stimulus yang diberikan, tampaknya mereka memang masih menahan dulu karena pertumbuhan ekonomi belum dirasa tinggi, mereka takut," ungkap Edwin kepada CNNIndonesia.com, Rabu malam (12/10).

Beberapa stimulus seperti kebijakan Loan to Value (LTV) dan penurunan tingkat suku bunga yang diperkirakan dapat mendongkrak penjualan properti nyatanya belum sepenuhnya berhasil. Hal ini, lanjut Edwin, dikarenakan masih banyak perbankan yang belum menurunkan suku bunganya.

"Untuk tingkat bunga, terutama KPR masih banyak bank yang belum menurunkan apalagi prosesnya berbelit-belit dalam mendapatkan kredit tersebut," paparnya.

Untuk menyikapi hal itu, akhirnya beberapa perusahaan properti memutuskan untuk melakukan pembiayaan sendiri dengan memberikan fasilitas pembiayaan terhadap konsumennya demi mendorong penjualan dan memenuhi target marketing sales.

Sayangnya, Edwin enggan menyebutkan beberapa perusahaan tersebut. Yang pasti, lanjutnya, mereka yang melakukan hal tersebut merupakan perusahaan yang dalam kondisi stabil dan kuat.

"Enggak semua yang diberikan bank itu menolong konsumen. Jadi perusahaan memberikan pembiayaan bagi yang kesulitan. Jadi perusahaan itu jual tapi juga menyiapkan pembiayaan seperti pinjaman terhadap konsumennya. Perusahaan itu yang modalnya kuat dan sistemnya sudah bagus," jelasnya.

Edwin berpandangan, sebagian perusahaan properti akan sulit mencapai target marketing sales sehingga ia meramalkan perusahaan properti akan menurunkan target mereka secara lebih realistis dengan melihat kondisi saat ini.

Seperti diketahui, Summarecon telah menurunkan target marketing sales-nya dari Rp4,5 triliun menjadi Rp3,5 triliun.

Kendati secara keseluruhan properti lesu, tetapi jenis properti dengan segmen kelas menengah ke bawah masih dapat dikatakan memiliki pasar saat ini. Sebagian besar pasar melirik properti dengan harga dibawah Rp1 miliar.

Edwin memprediksi properti masih terus lesu hingga kuartal pertama tahun depan. Sementara, kebangkitan dimulai pada kuartal II 2017 seiring dengan mengalirnya dana repatriasi amnesti pajak.

"Menurut saya, dana repatriasi amnesti pajak tidak sebesar yang ditargetkan pemerintah, jadi dampaknya ke properti mungkin tidak signifikan. Ya menurut saya kuartal II tahun depan baru akan bangkit," pungkas Edwin.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER