Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) menilai pelemahan kinerja ekspor sebesar 1,84 persen pada September 2016 dibanding dengan nilai ekspor bulan sebelumnya dapat ditopang dengan melakukan diversifikasi pasar tujuan ekspor produk Indonesia.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, diversifikasi pasar tujuan ekspor juga dapat mengurangi ketergantungan industri di Indonesia hanya pada sejumlah negara saja, serta menjadi jalan keluar saat harga komoditas belum membaik.
"Perekonomian global masih lemah, harga komoditas belum membaik, sehingga kita perlu diversifikasi produk ekspor, membuka peluang negara lain," ungkap Sasmito di kantornya, Senin (17/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, Indonesia bisa membidik pasar ekspor baru, seperti negara-negara di benua Afrika, yakni Afrika Selatan, Mesir, hingga Nigeria. "Kita bisa ke benua Afrika, yang penting kita cari yang aman. Misalnya, Afrika Selatan, Mesir, dan pantai utara Afrika, yakni Nigeria. Itu negara besar," tutur Sasmito.
Tak hanya soal negara tujuan ekspor baru, lanjut Sasmito, industri Indonesia juga harus menyasar pasar tersebut dengan produk-produk yang tepat dan variatif. Misalnya saja, sarung, produk pecah belah, dan barang-barang rumah tangga.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengusulkan pelaku usaha nasional untuk membidik pasar ekspor baru di kawasan Afrika, Amerika Latin, hingga India. Ia bilang, perluasan negara tujuan ekspor baru akan merangsang sektor ekspor di tengah pelemahan ekonomi global dan ketergantungan Indonesia pada harga komoditas dunia.
Sebagai informasi, berdasarkan data BPS, nilai ekspor mengalami penurunan 1,84 persen dari US$12,74 miliar menjadi US$12,51 miliar dengan negara tujuan ekspor dominan berada di benua Asia dan Eropa.
Tercatat, ekspor Indonesia mengalir ke negara-negara di Asean sebesar 21,97 persen atau sekitar US$20,81 miliar, dan ke Uni Eropa sebesar 11,02 persen atau setara US$10,43 miliar.
Sementara, dari negara tujuan ekspor, Amerika Serikat sebesar 12,24 persen atau US$11,59 miliar. Nilai ekspor ke China sebesar 10,26 persen dengan nilai mencapai US$9,71 miliar, dan ke Jepang sebesar 10,07 persen mencapai US$9,53 miliar.
Adapun, penyumbang ekspor tertinggi masih berasal dari sektor non minyak dan gas (migas), yakni mencapai US$11,45 miliar. Sedangkan sektor migas, menyumbang ekspor sebesar US1,06 miliar pada ekspor September.
(bir)